BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Periode pascapartum ialah masa enam minggu sejak bayi
lahir sampai organ – organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil.
Periode ini kadang – kadang disebut puerpurium atau trimester keempat
kehamilan. Perubahan fisiologis yang terjadi sangat jelas, walaupun dianggap
normal, bidan harus memanfaatkan pengetahuannya tentang anatomi dan fisiologi
ibu pada periode pemulihan, karakteristik fisik dan perilaku bayi baru lahir,
dan respons keluarga terhadap kelahiran seorang anak. Bab ini membahas
perubahan fisiologis wanita setelah melahirkan.
B. Rumusan
Masalah
Apa
perubahan system endoktrin pada ibu dalam masa nifas?
Apa
perubahan tanda-tanda vital pada ibu dalam masa nifas?
Apa
perubahan sistem kardiovaskuler pada ibu dalam masa nifas?
C. Tujuan
Penulisan
Penulisan
makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas
sekaligus menambah pengetahuan tentang perubahan fisiologi ibu pada masa nifas.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perubahan
Sistem Endokrin
1.
Hormon Plasenta
Selama pasca partum, terjadi
perubahan hormone yang dramatis. Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan
signifikan hormone-hormon yang diproduksi oleh organ tersebut. Penurunan
hormone Human Plasental Enzym (hpl), esterogen dan kortisol, plasental enzyme
insullinase membalikkan efek diabetogenetik kehamilan sehingga kadar gula darah
menurun secara yang bermakna pada masa puerperium. Ibu diabetic biasanya
membutuhkan insulin dalam jumlah yang jauh lebih kecil selama beberapa hari.
Perubahan hormone normal tersebut menyebabkan masa puerperium menjadi periode
transisi untuk metabolism karbohidrat sehingga mempersulit interprestasi tes
toleransi glukosa pada periode tersebut.
Kadar esterogen dan progesterone
menurun secara mencolok setelah plasenta keluar. Kadar terendah kedua hormone
tersebut tercapai kira-kira satu minggu pascapartum. Penurunan kadar esterogen
berhubungan dengan pembengkakan payudara dan dieresis cairan
ekstraseluler berlebih yang terakumulasi selama masa hamil. Kadar
esterogen pada ibu tidak menyusui mulai meningkat pada minggu ke-2 setelah
melahirkan dan lebih tinggi dibandingkan ibu menyusui pada pascapartum hari
ke-17.
2.
Hormon Hipofisis dan Fungsi Ovarium
Waktu permulaan ovulasi dan
mestruasi pada ibu menyusui dan tidak menyusui berbeda. Kadar prolaktin serum
yang tinggi pada ibu menyusui tampaknya berperan dalam menekan ovulasi. Karena
kadar follicle stimulating hormone (FSH) terbukti sama antara ibu menyusui dan
tidak menyusui, disimpulkan bahwa ovarium tidak berespons terhadap stimulasi
FSH ketika kadar prolaktin meningkat.
Kadar prolaktin meningkat secara
progesif sepanjang masa hamil. Kadar prolaktin tetap meningkat sampai minggu
keenam setelah melahirkan pada wanita menyusui. Kadar prolaktin serum
dipengaruhi oleh kekerapan menyusui, lama setiap penyusuan, dan banyak makanan
tambahan yang diberikan. Perbedaan individual dalam kekuatan mengisap
kemungkinan juga mempengaruhi kadar prolaktin. Hal itu menegaskan bahwa menyusui
bukan bentuk Keluarga Berencana (KB) yang baik. Setelah melahirkan, ibu tidak
menyusui mengalami penurunan kadar prolaktin, mencapai rentang sebelum hamil
dalam dua minggu.
Ovulasi pada ibu tidak menyusui
terjadi dini, yakni dalam 27 hari setelah melahirkan dengan waktu rata-rata 70
sampai 75 hari, sedangkan pada ibu menyusui, ovulasi terjadi sekitar 190 hari.
Sebanyak 15 ibu menyusui mengalami menstruasi dalam enam minggu dan 45% dalam
12 minggu, sedangkan diantara ibu yang tidak menyusui, 40% mengalami menstruasi
dalam enam minggu, 65% dalam 12 minggu, dan 90% dalam 24 minggu. Sebagian
besar (80%) ibu menyusui mengalami siklus menstruasi pertama yang tidak
mengandung ovum (anovulatory), sedangkan 50% ibu yang tidak menyusuimengalami
siklus menstruasi pertama yang tidak mengandung ovum. Cairan menstruasi pertama
setelah melahirkan biasanya lebih banyak dibandingkan normal. Jumlah cairan
menstruasi ibu kembali sebelum hamil dalam tiga sampai empat siklus.
3. Payudara
Konsentrasi hormone yang menstimulasi
perkembangan payudara selama wanita hamil (esterogen, progesterone, human
chorionic gonadotropin, prolactin, krotisol, dan insulin) menurun dengan cepat
setelah bayi lahir. Waktu yang dibutuhkan
hormone – hormone ini untuk kembali ke kadar sebelum hamil sebagian di
tentukan oleh apakah ibu menyusui atau tidak.
a)
Ibu tidak menyusui
Payudara biasanya teraba nodular (pada wanita tidak hamil teraba granular).
Nodularitasnya bersifat bilateral dan difus.
Apabila wanita memilih untuk tidak
menyusui dan tidak menggunakan obat antilaktogenik, kadar prolactin akan turun
dengan cepat. Sekreksi dan eksresi kolostrum menetap selama beberapa hari
pertama setelah wanita melahirkan. Pada jaringan payudara beberapa wanita, saat
palpasi dilakukan pada hari kedua dan
ketiga, dapat ditemukan adanya nyeri seiring dimulainya produksi susu. Pada
hari ketiga atau keempat postpartum bisa terjadi pembangkakan. Payudara
teregang (bengkak), keras, nyeri bila
ditekan, dan hangat jika diraba (kongesti pembuluh darah menimbulakan rasa
hangat). Distensi payudara terutama disebabkan oleh kongesti sementara vena dan
pembuluh limfatik, bukan akibat penimbunan air susu. Air susu dapat dikeluarkan
dari puting. Jaringan payudara di aksila dan jaringan payudara atau putting
tambahan juga bisa terlibat.pembengkakan dapat hilang dengan sendirinyadan rasa
tidak nyaman biasanya berkurang dalam 24 sampai 36 jam. Apabila bayi belum
menghisap (atau dihentikan), laktasi berhenti dalam beberapa hari sampai satu
minggu.
b)
Ibu menyusui
Ketika laktasi terbentuk, teraba suatu massa (benjolan), tetapi kantong
susu yang terisi berubah posisi dari hari kehari. Sebelum laktasu dimulai,
payudara teraba lunak dan suatu cairan kekuningan, yaitu kolostrum,
dikeluarakan dari payudara. Setelah laktsi dimulai, payudara teraba hangat dank
eras ketika disentuh. Rasa nyeri akan menetap selama sekita 48 jam. Susu putih
kebiruan (tampak seperti susu skim0 dapat dikeluarkan dari putting susu.
Putting susu harus di periksa untuk dikaji erektilitasnya, sebagai kebalikan
dari inversi, dan untuk menemukan apakah ada fisura atau keretakan.
B.
Perubahan Tanda Tanda Vital
Beberapa perubahan tanda-tanda vital dapat terlihat,
jika ibu dalam keadaan normal. Peningkatan kecil sementara, baik peningkatan
tekanan darah sistole maupun diastole dapat timbul dan berlangsung selama
sekitar empat hari ibu melahirkan. Fungsi pernafasan kembali ke fungsi saat ibu
tidak hamil pada bulan ke-6 setelah ibu melahirkan. Setelah rahim kosong,
diafragma menurun, aksis jantung kembali normal, dan impuls titik maksimum, dan
EKG kembali normal.
1. Suhu badan
24 jam post partum suhu badan
akan naik sedikit (37,5⁰C - 38⁰C) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan,
kehilangan cairan dan kelelahan,apabila dalam keadaan normal suhu badan
akan biasa lagi. Pada hari ketiga suhu badan akan naik lagi karena ada
pembentukan ASI. Buah dada menjadi bengkak,berwarna merah karena banyaknya ASI
bila suhu tidak turun kemungkinan adanya infeksi pada endometrium,mastitis,traktus
urogenitalis atau system lain. Kita anggap nifasterganggu kalau ada demam lebih dari 38⁰C pada 2 hari berturut-turut pada 10 hari yang pertama post partum,kecuali
hari pertama dan suhu harus diambil sekurang-kurangnya 4X sehari.
2. Nadi
Denyut nadi normal pada orang
dewasa 60-80 kali permenit. Sehabis melahirkan biasanya denyut nadi itu akan
lebih cepat. Setiap denyut nadi yang melebihi 100 adalah abnormal dan hal ini
mungkin disebabkan oleh infeksi atau perdarahan postpartum yang tertunda.
Sebagian wanita mungkin saja
memiliki apa yng disebut bradikardi nifas(puerperal bradycardia) hal ini terjadi segera setelah kelahiran an biasa
berlanjut sampai beberapa jam setelah kelahiran anak. Wanita semacam ini bisa
memiliki angka denyut jantung serendah 40-50 detak permenit. Sudah banyak alas
an-alasan yang diberikan sebagai kemungklinan penyebab,tetap[I belum satupun
yang sudah terbukti. Bradycardia semacam itu bukanlah astu alamat atau
indikasi adanya penyakit,akan tetapi sebagai satu tanda keadaan kesehatan.
3. Tekanan darah
Biasanya tidak berubah,kemungkinan
tekanan darah akan rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan
darah tinggi pada postpartum dapat menandakan terjadinya preeklamsi postpartum.
4. Pernafasan
Keadaan pernafasan
selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Apabila suhu dan denyut
nadi tidak normal,pernafasan juga akan mengikutinya kecuali ada gangguan khusus
pada saluran pernafasan
.
C. Perubahan
Sistem Kardiovaskuler
1.
Volume Darah
Perubahan volume darah bergantung pada beberapa factor,
misalnya kehilangan darah selama melahirkan dan mobilisasi serta pengeluaran
cairan ekstravaskular (edema fisiologis). Kehilangan darah merupakan akibat
penurunan volume darah total yang cepat, namun terbatas. Setelah itu, terjadi
perpindahan cairan tubuh yang menyebabkan volume darah menurun dengan lambat.
Volume darah biasanya menurun sampai volume sebelum hamil pada minggu ke-3 dan
ke-4 setelah bayi lahir.
Hipervolemia yang diakibatkan oleh kehamilan
(peningkatan yang sekurang-kurangnya 40% lebih dari volume tidak hamil)
menyebabkan kebanyakan ibu dapat menoleransi kehilangan darah saat melahirkan.
Banyak ibu kehilangan 300 sampai 400 ml darah sewaktu melahirkan bayi tunggal
pervaginam atau sekitar dua kali lipat jumlah itu pada saat operasi sesar.
Penyesuaian pembuluh darah maternal setelah melahirkan
berlangsung dramatis dan terlalu cepat. Respons wanita dalam menghadapi
kehilangan darah selama postpartum dini berbeda dengan respons ibu tidak hamil.
Tiga perubahan fisiologis pascapartum yang melindungi ibu adalah:
·
Sirkulasi
uteroplasenta yang hilang mengurangi ukuran pembuluh darah maternal 10%
sampai 15%
·
Endokrin
plasenta yang tidak berfungsi menghilangkan stimulus vasodilatasi
·
Terjadi
mobilisasi air ekstravaskular yang disimpan selama hamil. Oleh karena itu, syok
hipovolemik biasanya tidak terjadi pada kehilangan darah normal.
2.
Curah
Jantung
Denyut jantung, volume sekuncup, dan
curah jantung meningkat sepanjang kehamilan. Segera setelah ibu melahirkan,
keadaan tersebut dapat meningkat bahkan lebih tinggi selama 30 sampai 60 menit
karena darah yang biasanya melintasi sirkuit uteroplasenta tiba-tiba kembali ke
sirkuit umum. Nilai tersebut meningkat pada semua jenis kelahiran atau semua
pemakaian konduksi anestesi. Data mengenai hemodinamika jantung yang secara
pasti kembali normal tidak tersedia, namun nilai curah jantung normal
ditemukan, bila pemeriksaan dilakukan 8 sampai 10 minggu setelah ibu
melahirkan.
3.
Varises
Varises ditungkai dan disekitar anus
(hemoroid) sering dijumpai pada wanita hamil. Varises, bahkan varises vulva
yang jarang dijumpai, dapat mengecil dengan cepat setelah bayi lahir. Operasi
varises tidak dipertimbangkan selama masa hamil. Regresi total atau mendekati
total diharapkan terjadi setelah
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Seorang ibu hamil akan mengalami banyak perubahan – perubahan fisiologis
pada saat setelah melahirkan ( masa nifas ).Salah satu perubahan yang terjadi
adalah perubahan pada sistem endoktrin, tanda-tanda vital, sistem
kardiovaskular, dan sistem hematologi.
B. Saran
Untuk mengahadapi perubahan pada sistem reproduksi ini, bidan memerlukan
manajemen yang baik, agar ibu nifas mampu melaluinya dengan baik. Selain itu
penting adanya bagi ibu nifas untuk memahami betul bagaimana perubahan yang
terjadi pada sistem reproduksi saat masa nifas, agar ibu mampu membedakan
antara perubahan yang fisiologis atau patologis pada saat masa nifas.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul,atif.1933.fisiologi nifas
Jakarta.
Warih BP,Abubakar M.1992.Fisiologi
Pada ibu nifas.Surabaya.
Lockhart, Anita dan Lyndon Saputra. 2014. Asuhan Kebidanan Masa Nifas
Fisiologi dan Patologis. Tanggerang Selatan : Binarupa Aksara.
Ambarwati, Retna Eny, et al. 2008. Asuhan Kebidanana Nifas. Yogyakarta:
Mitra Cendikia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar