Sabtu, 07 Oktober 2017

MAKALAH ASUHAN KALA 1



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi ( janin dan uri ) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan, melalui jalan lahir atau melalui jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan. ( Ilmu Kebidanan, Gde Manuaba ).
Persalinan saat ini menjadi momok yang ditakutkan dikalangan ibu, khususnya ibu hamil. Tidak sedikit ibu dan bayinya mengalami kegawat daruratan dan sampai pada akhirnya tak dapat terselamatkan yang pada akhirnya menyebabkan meningkatnya angka kematian ibu dan anak. Akan tetapi hal tersebut dapat diminimalisir dengan asuhan persalinan.
           Persalinan yang bersih dan aman serta pencegahan kajian dan bukti ilmiah menunjukan bahwa asuhan persalinan bersih, aman dan tepat waktu merupakan salah satu upaya efektif untuk mencegah kesakitan dan kematian. Penatalaksanaan komplikasi yang terjadi sebelum, selama dan setelah persalinan. Dalam upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu perlu diantisipasi adanya keterbatasan kemampuan untuk menatalaksanakan komplikasi pada jenjang pelayanan tertentu. Kompetensi petugas, pengenalan jenis komplikasi dan ketersediaan sarana pertolongan menjadi penentu bagi keberhasilan penatalaksanaan komplikasi yang umumnya akan selalu berada menurut derajat keadaan dan tempat terjadinya

B.  Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas Asuhan Kebidanan Persalinan sekaligus menambah pengetahuan tentang Asuhan kala 1.
.











BAB II
ISI

A.    Batasan Persalinan
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkab perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks.
Tanda dan gejala inpartu termasuk :
·         Penipisan dan pembukaan serviks.
·         Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan serviks (frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit).
·         Cairan lender bercampur darah (“show”) melalui vagina.

B.     Fase – Fase dalam kala satu persalinan

Kala satu persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan meningkatkan (frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks membuka lengkap (10 cm). kala satu persalinan terdiri atas dua fase, yaitu :
1.      Fase laten
·         Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap.
·         Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm.
·         Pada umumnya, fase laten berlangsung hamper atau hingga 8 jam.
2.      Fase aktif
·         Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap (kontraksi dianggap adekuat/memadai jika terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit, dan berlangsung selama 40 detik atau lebih).
·         Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10 cm, akan terjadi dengan kecepatan rata –rata 1 cm per jam (nulipara atau primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2cm (multipara).
·         Terjadi penurunan bagian terbawah janin.

C.    Anamnesis

Anamnesis dan pemeriksaan fisik secara seksama merupakan bagian dari asuhan sayang ibu yang baik dan aman selama persalinan. Pertama, sapa ibu dan beritahukan apa yang akan anda lakukan. Jelasakan pada ibu tujuan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jawab dengan baik setiap pertanyaan yang diajukan ibu. Sambil melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik, perhatikan adanya tanda –tanda penyulit atau kondidi gawatdarurat dan segera lakukan tindakan yang sesuai apabila diperlukan untuk memastikan proses persalinan akan berlangsung secara aman. Catatkan semua temuan dan kesimpulannya kepada ibu dan keluarganya.

Tujuan anamnesis adalah mengumpulkan informasi tentang riwayat kesehatan, kehamilan, dan persalinan. Informasi ini digunakan dalam proses membuat keputusan klinik untuk menentukan diagnosis dan mengembangkan rencana asuhan atau perawatan yang sesuai.

Tanyakan pada ibu :
·         Nama, umur, dan alamat
·         Gravida dan para
·         Hari Pertama Haid Terakhir
·         Kapan bayi akan lahir (menurut taksiran ibu)
·         Riwayat alergi obat – obatan tertentu
·         Riwayat kehamilan yang sekarang
·         Riwayat kehamilan sebelumnya
·         Riwayat medis lainnya
·         Riwayat medis saat ini
·         Pertanyaan tentang hal –hal yang belum jelas atau berbagai bentuk kekhawatiran lainnya.
Dokumentasikan semua temuan. Setelah anamnesis lengkap, lakukan pemeriksaan fisik.

D.    Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik bertujuan untuk menilai kondisi kesehatan ibu dan bayinya serta tingkat kenyamanan fisik ibu bersalin. Hasil pemeriksaan fisik dan anamnesis di olah untuk membuat keputusan klinik, menegakkan diagnosis dan mengembangan rencana asuhan atau perawatan yang paling sesuai dengan kondisi ibu. Jelaskan kepada ibu dan keluarganya tentang apa yang dilakukan, di periksa dan tujuannya. Anjurkan mereka untuk untuk bertanya dan jawab pertanyaan yang diajukan sehingga mereka memahami kepentingan pemerikaan.
Langkah – langkah dalam melakukan pemeriksaan fisik :
·         Cuci tangan sebelum memulai pemeriksaan fisik.
·         Tunjukan sikap ramah dan sopan, tentamkan hati dan bantu ibu agar merassa nyaman minta ibu menarik napas perlahan dan dalam jika ia merasa tegang / gelisah.
·         Minta ibu untuk mengkosongkan kandung kemihnya (jika perlu, periksa jumlah urin dan adanya protein dan aseton dalam urin)
·         Nilai kesehatan dan keadaan umum ibu, suasana hatinya, tingkat kegelisahan atau nyeri kontraksi, warna konjungtiva, kebersihan, status gizi dan kecukupan cairan tubuh.
·         Nilai tanda – tanda vital ibu. Untuk akurasi penilaian tekanan darah dan nadi ibu, lakukan pemeriksaan diantara dua kontraksi.
·         Lakukan pemeriksaan abdomen.
·         Lakukan pemeriksaan dalam.
1.      Pemeriksaan abdomen
Pemeriksaan abdomen digunakan untuk :
a)      Menentukan tinggi fundus uteri
b)      Memantau kontraksi uterus
c)      Memantau denyut jantung janin
d)     Menentukan presentasi
e)      Menentukan penurunan bagian terbawah janin
Sebelum melakukan pemeriksaan abdomen, pastikan dulu bahwa ibu sudah mengosongkan kandung kemihnya, kemudian minta ibu berbaring. Tempatkan bantal di bawah kepala dan bahunya dan minta ibu untuk menekukkan lututnya. Jika ibu gugup, beri bantuan agar ia memperoleh rasa nyaman dengan meninta ibu menarik nafas dalam berulang kali. Jangan biarkan ibu dalm posisi telentang dalam waktu lebih dari 10 menit.
a)      Menentukan tinggi fundus uteri
Pastikan pengukuran dilakukan pada saat uterus tidak sedang berkontraksi menggunakan pita pengukur. Ibu dengan posisi setengah duduk dan tempelkan ujung pita (posisi melebar) mulai dari tepi atas simfisi pubis, kemudian rentangkan pita mengikuti aksis/linea mediana dinding depan abdomen hingga ke puncak fundus. Jarak antara tepi atas simfisis pubis dan puncak fundus uteri adalah tinggi fundus.
b)      Memantau kontraksi uterus
Gunakan jarum detik yang ada pada jam untuk memantau kontraksi uterus. Secara hati – hati, letakkan tangan penolong di atas uterus dan palpassi jumlah kontraksi yang terjadi dalam kurun waktu 10 menit. Tentukan durasi atau lama setiap kontraksi yang terjadi. Pada fase aktif, minimal terjadi dua kontraksi dalam 10 menit dan lama kontraksi adalah 40 detik atau lebih. Di antara dua kontraksi akan terjadi relaksasi dinding uterus.
c)      Memantau denyut jantung janin
Gunakan fetoskop pinnards atau Doppler untuk mendengar denyut jantung janin (DJJ) dalam Rahim ibu dan untuk menghitung jumlah DJJ permenit, gunakan jarum detik pada jam. Tentukan titik tertentu pada dinding abdomen ibu dimana suara DJJ terdengar paling kuat.
Nilai DJJ selama dan segera setelah kontraksi uterus. Mulailah penilaian sebelum atau selama puncak kontraksi. Dengarkan DJJ selama minimal 60 detik, dengarkan sampai sedikitnya 30 detik setelah kontraksi berakhir.lakukan penilaian DJJ tersebut pada lebih dari satu kontraksi. Gangguan kondisi kesehatan janin di cerminkan dari DJJ yang kurang dari 120 atau lebih dari 160 x /menit. Kegawatan janin ditunjukan dari DJJ yang kurang dari 100 atau lebih dari 180 x/menit. Bila demikian, baringkan ibu ke sisi kiri dan anjurkan ibu untuk relaksasi. Nilai kembali DJJ setelah 5 menit dari pemeriksaan sebelumnya, kemudian simpulkan perubahan yang terjadi. Jika DJJ tidak mengalami perbaikan maka siapkan ibu untuk segera dirujuk.
d)     Menentukan presentasi
Untuk menentukan presentasi janin (bagian terbawah janin) :
·         Berdiri disamping ibu dan menghadap kearah kepala ibu (minta ibu mengangkat tungkai atas dan menekukan lutut).
·         Untuk mentukan apakah presentasi adalah kepala atau bokong maka perhatikan dan pertimbangkan bentuk, ukuran dan kepadatan bagian tersebut. Bagian berbentuk bulat, teraba keras, berbatas tegas dan mudah digerakkan (bila belum masuk rongga panggul) biasanya adalah kepala. Jika bentuknya kurang tegas, teraba kenyal, relatif lebih besar, dan sulit terpegang secara mantap maka bagian tersebut biasanya adalah bokong. Istilah sungsang digunakan untuk menunjukan bahwa bagian terbawah adalah kebalikan dari kepala atau diintikkan sebagai bokong.
·         Dengan ibu jari dan jari tengah dari satu tangan (hati –hati tapi mantap) pegang bagian terbawah janin yang mengisi bagian bawah abdomen (di atas simfisis pubis) ibu. Bagian yang berada diantara ibu jari dan jari tengah penolong adalah penunjuk presentasi janin.
·         Jika bagian terbawah janin belum masuk ke dalam rongga panggul maka bagian tersebut masih dapat di gerakkan. Jika telah memasuki rongga panggul maka bagian terbawah janin sulit atau tidak dapat di gerakkan lagi.
e)      Menentukan penurunan bagian terbawah janin
Akan lebih nyaman bagi ibu jika penurunan janin ditentukan melalui pemeriksaan abdomen dibandingkan dengan pemeriksaan dalam. Menilai penurunan melalui palpasi abdomen juga memberikan informasi mengenai kemajuan persalinan dan membantu mencegah pemeriksaan dalam yang tidak perlu. Nilai penurunan kepala janin dengan hitungan per lima bagian kepala janin yang bisa di palpasi di atas simfisis pubis (ditentukan oleh jumlah jan yang bisa ditempatkan di bagian kepala di atas simfisis pubis).
Kepala janin adalah:
·         5/5 (lima per lima) jika keseluruhan kepala janin dapat diraba di atas simfisis pubis.
·         4/5 jika sebagian besar kepala janin berada di atas simfisis pubis.
·         3/5 jika hanya tiga dan lima jam bagian kepala janin teraba di atas simfisis pubis.
·         2/5 jika hanya dua dan lima jan bagian kepala janin berada di atas simfisis pubis. Berarti hampir seluruh kepala telah turun ke dalam saluran panggul (bulatnya kepala tidak dapat diraba dan kepala janin tidak dapat digerakkan).
·         1/5 jika hanya sebagian kecil kepala dapat diraba di atas simfisis pubis.
·         0/5 jika kepalajanin tidak teraba dan luar atau seluruhnya sudah melalui simfisis pubis.

2.      Periksa Dalam
Sebelum melakukan pemeriksaan dalam, tangan dicuci dengan sabun dan air bersih yang mengalir, kemudian keringkan dengan handuk kering dan bersih’. Minta ibu untuk berkemih dan membasuh regio genitalia dengan sabun dan air bersih (jika ibu belum melakukannya). Jelaskan pada ibu setiap langkah yang akan dilakukan selama pemeriksaan. Tenteramkan dan anjurkan ibu untuk nicks. Pastikan privasi ibu terjaga selama pemeriksaan dilakukan.
Langkah-langkah dalam melakukan pemeriksaan dalam termasuk :
1.      Tutupi badan ihu sebanyak mungkin dengan sarung atau selimut.
2.      Minta ibu berbaring telentang dengan lutut ditekuk dan paha dibentangkan (mungkin akan membantu jika ibu menempelkan kedua telapak kakiriya satu sama lain).
3.      Menggunakan sarung tangan DTT atau steril pada saat melakukan pemeriksaan.
4.      Menggunakan kasa atau gulungan kapas DTT yang dicelupkan ke air DTT atau larutan antiseptik. Membasuh labia secara hati-hati, seka dan depan kebelakang untuk menghindarkan kontarninasi feses (tinja).
5.      Memeriksa genitalia eksterna, apakah terdapat luka atau massa (termasuk kon dilornata), varikositas vulva atau rektum, atau luka parut di perineum.
6.      Nilai cairan vagina dan tentukan apakah terdapat bercak darah, perdarahan pervaginam atau mekonium:
a.       Jika ada perdarahan per vaginam, jangan lakukan pemeriksaan dalam. Lihat Tabel 2-1.
b.      Jika ketuban sudah pecah, lihat warna dan bau air ketuban. Jika mekonium ditemukan, lihat apakah kental atau encer dan periksa DJJ (lihat Tabel 2-1):
·         Jika mekonium encer dan DJJ normal, teruskan memantau DJJ secara seksama menurut petunjuk pada partograf. Jika ada tanda-tanda akan terjadinya gawat janin, lihat Tabel 2-1 dan rujuk segera.
·         Jika mekonium kental, nilai DJJ dan rujuk segera (lihat Tabel 2-1).
·         Jika ban busuk, lihat Tabel 2-1. Ibu mungkin mengalami infeksi.
7.      Dengan hati-hati pisahkan labia dengan jari manis dan ibu jari tangan (gunakan sarung tangan pemeriksa). Masukkan jari telunjuk dengan hati-hati, diikuti oleh jari tengah. Pada saat kedua jari berada di dalam vagina, jangan mengeluarkannya sebelum pemeriksaan selesai. Jika ketuban belum pecah, jangan lakukan amniotomi (memecah kannya). Alasan: Amniotomi ineningkatkan risiko infeksi pada ibu dan bayi, serta gawat janin.
8.      Nilai vagina. Luka parut lama di vagina bisa memberikan indikasi luka atau episiotomi sebelumnya, hal ini mungkin menjadi informasi penting pada saat kelahiran bayi.
9.      Nilai pembukaan dan penipisan serviks.
10.  Pastikan tali pusat umbilikus dan/atau bagian-bagian kecil (tangan atau kaki bayi) tidak teraba pada saat melakukan pemeriksaan per vaginam. Jika teraba, ikuti langkah-Iangkah kedaruratan di Tabel 2-1 dan segera rujuk ibu ke fasilitas kesehatan yang sesuai.
11.   Nilai penurunan janin dan tentukan apakah kepala sudah masuk ke dalam panggul. Bandingkan penurunan kepala dengan temuan-temuan dan pemeriksaan abdomen Untuk menentukan kemajuan persalinan.
12.  Jika kepala dapat dipalpasi, raba fontanela dan sutura sagitalis untuk menilai penyusupan tulang kepala dan/atau tumpang tindihnya, dan apakah kepala janin Sesuai dengan diameter jalan lahir.
13.  Jika pemeriksaan sudah lengkap, keluarkan kedua jan pemeriksa dengan hati-hati, celupkan sarung tangan ke dalam larutan dekontaminasi, lepaskan sarung tangan secara terbalik dan rendam dalam larutan dekontaminasi selama 10 menit.
14.  Cuci kedua tangan dan segera keringkan dengan handuk bersih dan kering.
15.  Bantu ibu untuk mengambil posisi yang lebih nyaman.
16.  Jelaskan hasil-hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarganya

E.     Mencatat dan Mengkaji Hasil Anamnesis Dan Pemeriksaan Fisik
Ketika anamnesis dan pemeriksaan telah lengkap :
1.      Catat semua hasil anamnesis dan temuan pemeriksaan fisik secara teliti dan lengkap.
2.      Gunakan informasi yang terkumpul untuk menentukan apakah ibu sudah dalam persalinan (inpartu). Jika pembukaan serviks kurang dan 4 cm, berarti ibu masih dalam fase laten persalinan. Lakuikan penilaian ulang setelah 4 jam sejak pemeriksaan pertama. Jika pembukaan serviks 4 cm atau lebih, ibu telah masuk dalam fase aktif persalinan; mulailah mencatat kemajuan persalinan pada partograf (lihat bawah).
3.      Tentukan ada tidaknya masalah atau penyulit yang harus ditatalaksana secara khusus.
4.      Setiap kali selesai melakukan penilaian, analisis data yang terkumpul, buat diagnosis berdasarkan informasi tersebut. Susun rencana penatalaksanaan asuhan bagi ibu. Penatalaksanaan itu selalu berdasarkan pada hash temuan penilaian.
Contoh: Jika setelah menyelesaikan penilaian awal diagnosisnya adalah kehamilan intrauterin, cukup bulan, dalam fase aktif kala satu persalinan dengan DJJ dan tanda tanda vital normal. Rencana selanjutnya adalah terus mernantau kondisi ibu serta janin menurut parameter-parameter pada partograf dan memberikan asuhan sayang ibu. Jika hasil diagnosis menunjukkan suatu ahnormalitas atau komplikasi, maka rencana selan jutnya mencakup persiapan untuk rujukan segera, memperbaiki kondisi umum ibu, merujuk sambil terus menerus memantau dan me!akukan pertolongan awal terhadap masalah tersebut dan tetap memberikan asuhan sayang ibu (kaji ulang bagian Membuat keputusan klinik di Bab 1).
5.      Jelaskan semua temuan, diagnosis dan rencana penatalaksanaan kepada ibu dan keluar ganya sehingga mereka memahami asuhan yang akan diberikan.
F.     Pengenalan Dini Terhadap Masalah Dan Penyulit
Pada saat memberikan asuhan kepada ibu yang sedang bersalin, penolong harus selalu waspada terhadap masalah atau penyulit yang mungkin terjadi. Ingat bahwa menunda pemberian asuhan kegawatdaruratan akan meningkatkan risiko kematian dan kesakitan ibu dan bayi baru lahir. Selama anamnesis dan penieriksaan fisik, tetap waspada terhadap indikasi-indikasi seperti yang tertera pada Tabel 2-1 dan lakukan tindakan segera. Lakukan langkah dan tindakan yang scsuai untuk mernastikan proses persalinan yang aman bagi ibu dan keselamatan bagi bayi yang dilahirkan



Tabel 2 -1 : Indikasi – Indikasi untuk melakukan tindakan dan/atau rujukan selama kala satu persalinan
Temuan-temuan anamnesis dan/atau pemeriksaan
Rencana untuk asuhan atau perawatan
Riwayat bedah sesar
  1. Segara rujuk ke fasilitas yang mempunyai kemampuan untuk melakukan bedah sesar.
  2. Dampingi ibu ke tempat rujukan, berikan dukungan dan semangat.
Perdarahan pervaginam selain dari lendir bercampur darah (show)
Jangan melakukan pemeriksaan dalam
  1. Baringkan ibu ke sisi kiri
  2. Pasang infus menggunakan jarum berdiameter besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan Ringer Laktat atau cairan garam fisiologis (NS)
  3. Segera rujuk ke fasilitas yang memiliki kemampuan untuk melakukan bedah besar.
  4. Dampingi ibu ke tempat rujukan.
Kurang dari 37 minggu (persalinan kurang bulan)
  1. Segara rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan kegawatdaruratan obsteri dan bayi baru lahir.
  2. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan dukungan serta semangat


Temuan-temuan anamnesis dan/atau pemeriksaan
Rencana untuk asuhan atau perawatan
Ketuban pecah disertai dengan keluarnya mekonium kental
  1. Baringkan ibu miring ke kiri,
  2. Dengarkan DJJ.
  3. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan pena-talaksanaan untuk melakukan bedah sesar.
  4. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan bawa partus set, kateter penghisap lendir DeLee dan handuk/kain untuk menge-ringkan dan menyelimuti bayi kalau ibu melahirkan di jalan.
Ketuban pecah bercampur dengan sedikit mekonium disertai tanda-tanda gawat janin
  1. Dengarkan DJJ, jika ada tanda-tanda gawat janin laksanakan asuhan yang sesuai (lihat di bawah).
Ketuban telah pecah (lebih dari 24 jam )atau Ketuban pecah pada kehamilan kurang bulan (usia kehamilan kurang dari 37 minggu)
  1. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan me- lakukan asuhan kegawat daruratan obstetri.
  2. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan dukungan serta semangat.
Tanda-tanda atau gejala-gejala infeksi:• temperatur tubuh > 38° c • menggigil
• nyeri abdomen
• cairan ketuban yang berbau
  1. Baringkan ibu miring ke kiri.
  2. Pasang infus menggunakan jarum berdiameter besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan Ringer Laktat atau cairan garam fisio logis (NS) dengan tetesan 125 ml/jam.
  3. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan pena- talaksanaan kegawat daruratan obstetri.
  4. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan dukungan serta Semangat.
Tekanan darah lebih dari 160/ 110 dan/atau terdapat protein dalam urin (preeklampsia berat)
  1. Baringkan ibu miring ke kiri.
  2. Pasang infus menggunakan jarum berdiameter besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan Ringer Laktat atau cairan garam fisio logis (NS).
  3. Jika mungkin berikan dosis awal 4 g MgSO4 20% IV selama 20 menit.
  4. Suntikan 10 g MgSO4 50% (5 g IM pada bokong kiri dan kanan).
  5. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kapabilitas asuhan kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir.
  6. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan semangat serta dukungan.
Tinggi tundus 40 cm atau lebih (makrosomia, polihidramniosis, kehamilan ganda)
  1. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan untuk melakukan bedah sesar.
  2. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan semangat dan dukungan.
AlasanJika diagnosisnya adalah polihidramnion, mungkin ada masalah-masalah lain dengan janinnya. Dengan adanya makrosomia, risiko distosia bahu dan perdarahan pasca persalinan akan lebih besar

Temuan-temuan anamnesis dan/atau pemeriksaan
Rencana untuk asuhan atau perawatan
DJJ kurang dari 100 atau lebih dari 180 kali/menit pada dua kali penilaian dengan jarak 5 menit (gawat janin)
  1. Baringkan bu miring ke kiri dan anjurkan untuk bernapas secara teratur.
  2. Pasang infus menggunakan jarum berdiameter besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan Ringer Laktat atau cairan garam fisio logis (NS) dengan tetesan 125 ml/jam.
  3. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir.
  4. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan dukungan dan semangat.
Primipira dalam persalinan fase aktif dengan palpasi kepala janin masih 5/5
  1. Baringkan ibu miring ke kiri.
  2. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan pembedahan bedah sesar.
  3. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan dukungan dan semangat.
Presentasi bukan belakang kepala(sungsang, letak lintang, dll)
  1. Baringkan ibu miring ke kiri.
  2. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan pena talaksanaan kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir.
  3. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan dukungan dan semangat.
Presentasi ganda (majemuk)(adanya bagian janin, seperti misalnya lengan atau tangan, bersamaan dengan presentasi belakang kepala)
  1. Baringkan ibu dengan posisi lutut menempel ke dada atau miring ke kiri.
  2. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan kegawatdaruratan obstetri danbayi baru lahir.
  3. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan   berikan semangat serta dukungan.
Tali pusat menumbung (jika tali pusat masih berdenyut)
  1. Gunakan sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi, letakkan satu tangan di vagina dan jauhkan kepala janin dari tali pusat janin. Gunakan tangan yang lain pada abdomen untuk membantu menggeser bayi dan menolong hagian terbawah bayi tidak menekan tali pusatnya (keluarga mungkin dapat membantu).
  2. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan kegawatdaruratan obstetni dan bayi baru lahir.
  3. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan semangat serta dukungan.
ATAU
  1. Minta ibu untuk mengambil posisi bersujud di mana posisi bokong tinggi melebihi kepala ibu, hingga tiba ke tempat rujukan.
  2. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penn talaksanaan kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir.
  3. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan semangat serta dukungan.
Temuan-temuan anamnesis dan/atau pemeriksaan
Rencana untuk asuhan atau perawatan
Tanda dan gejala syok:
  • Nadi cepat, lemah (lebih dari 110 kali/menit)
  • Tekanan darahnya rendah (sistolik kurang dan 90 mmHg)
  • Pucat
  • Berkeringat atau kulit lembab, dingin
  • Napas cepat (lebih dari 30 kali/ menit)
  • Cemas, bingung atau tidak sadar
  • Produksi urin sedikit (kurang dari 30 ml/jam)
  1. baringkan ibu miring ke kiri.
  2. Jika mungkin naikkan kedua kak ibu untuk meningkatkan aliran darah ke jantung.
  3. Pasang infus menggunakan jarum berdiameter besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan Ringer Laktat atau cairan garam fisiologis (NS). Infuskan 1 liter dalam waktu 15-20 menit; jika mungkin infuskan 2 liter dalam waktu satu jam pertama, kemudian turunkan tetesan menjadi 125 ml/jam.
  4. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan pena- talaksanaan kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir.
  5. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan semangat serta dukungan.
Tanda dan gejala persalinan dengan fase laten yang memanjang:
  • pembukaan serviks kurang dari 4 cm setelah 8 jam
  • kontraksi teratur (lebih dari 2 dalam 10 menit)
  1. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kapabilitas kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir.
  2. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan dukungan serta semangat.
Tanda dan gejala belum inpartu:
  • kurang dari 2 kontraksi dalam 10 menit, berlangsung kurang dari 20 detik
  • tidak ada perubahan senviks dalam waktu 1 sampai 2 jam
  1. Anjurkan ibu untuk minum dan makan.
  2. Anjurkan ibu untuk bergerak bebas dan leluasa.
  3. Jika kontraksi berhenti dan/atau tidak ada perubahan serviks, evatuasi DJJ, jika tidak ada tanda-tanda kegawatan pada ibu dan janin, persilahkan ibu pulang dengan nasehat untuk:
  • Menjaga cukup makan dan minum.
  • Datang untuk meridapatkan asuhan jika terjadi peningkatan frekuensi dan lama kontraksi.
Tanda dan gejala partus lama:
  • pembukaan serviks meng-arah ke sebelah kanan garis waspada (partograf)
  • pembukaan serviks kurang dari 1 cm per jam
  • kurang dari 2 kontraksi dalam wak tu 10 menit, masing-masing berlangsung kurang dari 40 detik.
  1. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan pena- talaksanaan kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir.
  2. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan dukungan serta semangat.


Rujuk ibu :Apabila didapati salah satu atau lebih penyulit seperti berikut :
  1. Riwayat bedah sesar
  2. Perdarahan pervaginam
  3. Persalinan kurang bulan (usia kehamilan kurang dari 37 minggu)
  4. Ketuban pecah dengan mekonium yang kental
  5. Ketuban pecah lama (lebih dari 24 jam)
  6. Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan (kurang dari 37 minggu usia kehamilan)
  7. Ikterus
  8. Anemia berat
  9. Tanda/gejala infeksi
  10. Preeklampsia/Hipertensi dalam kehamilan
  11. Tinggi fundus 40 cm atau lebih
  12. Gawat janin
  13. Primipara dalam fase aktif persalinan dengan palpasi kepala janin masih 5/5
  14. Presentasi bukan belakang kepala
  15. Presentasi majemuk
  16. Kehamilan gemeli
  17. Tali pusat menumbung
  18. Syok
G.    Persiapan Persalinan
1.    Bagi Bidan
a)      Mempersiapkan Ruangan untuk Persalinan dan Kelahiran Bayi.
b)      Di manapun persalinan dan kelahiran bayi terjadi, diperlukan hal-hal pokok sebagai berikut :
1)    Ruangan yang hangat dan bresih, memiliki sirkulasi udara yang baik dan terlindung dari tiupan angin.
2)    Sumber air bersih dan mengalir untuk cuci tangan dan memandikan ibu sebelum dan sesudah melahirkan.
3)    Air disinfeksi tingkat tinggi (air yang dididihkan dan didinginkan) untuk membersihkan vulva dan perineum sebelum dilakukan periksa dalam dan membersihkan perineum ibu setelah bayi lahir.
4)    Kecukupan air bersih, klorin, deterjen, kain pembersih, kain pel dan sarung tangan karet untuk membersihkan ruangan, lantai, perabotan, dekomentasi dan proses peralatan.
5)    Kamar mandi yang bersih untuk kebersihan pribadi ibu dan penolong persalinan.
6)    Tempat yang lapang untuk ibu berjalan-jalan dan menunggu saat persalinan, melahirkan bayi dan untuk memberikan asuhan bagi ibu dan bayinya setelah persalinan. Pastikan ibu mendapatkan privasi yang diinginkannya.
7)    Tempat tidur yang bersih untuk ibu.
8)    Meja yang bersih atau tempat untuk menaruh peralatan persalinan.
9)    Meja untuk tindakan resusitasi BBL.
(Saifuddin, 2006).

c) Persiapan perlengkapan, bahan-bahan dan obat-obatan yang diperlukan.
1)    Bagi keluarga dan ibu bersalin :
(a)  Rencanakan bersalin di polindes, Puskesmas, RB, RS, dan BPS.
(b)  Tabungan untuk biaya persalinan.
(c)  Menyiapkan untuk donor darah, jika sewaktu-waktu diperlukan ibu.
(d)  Ibu dan suami menyakan bidan /dokter kapan HPLnya.
(e)  Menyiapkan kendaraan/alat transportasi jika sewaktu-waktu ibu dan bayi perlu segera ke RS.
(f)   Menyiapkan perlengkapan dan peralatan ibu dan bayi.
(KMS, 2009).
d)    Pemenuhan kebutuhan fisiologis dan psikologis ibu dan janin.
1.    Kebutuhan Ibu Selama Persalinan :
a)    Kebutuhan Fisiologis
1)    Oksigen
2)    Makan dan minum
3)    Istirahat selama tidak ada his
4)    Kebersihan badan terutama genetalia
5)    Buang air keil dan buang air besar
6)    Pertolongan persalinan yang terstandar
7)    Penjahitan perineum bila perlu
b)    Kebutuhan rasa aman
1)    Memilih tempat dan penolong persalinan
2)    Informasi tentang proses persalinan atau tindakan yang akan dilakukan
3)    Posisi tidur yang dikehendaki ibu
4)    Pendampingan oleh keluarga
5)    Pemantauan selama persalinan
6)    Intervensi yang diperlukan.
c)    Kebutuhan dicintai dan mencintai
1)    Pendampingan oleh suami / keluarga.
2)    Kontak fisik (memberi sentuhan ringan).
3)    Masase untuk mengurangi rasa sakit
4)    Berbicara dengan suara yang lemah, lembut, serta sopan.
d)    Kebutuhan harga diri
1)    Merawat bayi sendiri dan menetekinya.
2)    Asuhan kebidanan dengan memperhatikan privasi ibu.
3)    Pelayanan yang bersifat simpati dan empati
4)    Informasi bila akan melakukan tindakan
5)    Memberikan pujian pada ibu terhadap tindakan positif yang ibu lakukan.
e)    Kebutuhan aktualisasi diri
1)    Memilih tempat dan penolong sesuai keinginan.
2)    Memilih pendamping salama persalinan
3)    Bounding and attachment
4)    Ucapan selamat atas kelahiran anaknya
e)  Pemenuhan Kebutuhan Dasar Ibu Selama Persalinan :
1.    Pemenuhan kebutuhan fisiologis selama persalinan
a)    Mengatur sirkulasi udara dalam ruangan
b)    Memberi makan dan minum
c)    Menganjurkan istirahat diluar his
d)   Menjaga kebersihan badan terutama daerah genetalia (bila    memungkinkan ibu disuruh untuk mandi atau membersihkan daerah kemaluan).
e)    Menganjurkan ibu untuk buang air kecil atau buang air besar.
f)     Menolong persalinan sesuai standar
2.    Pemenuhan kebutuhan rasa aman
a)    Memberi informasi tentang proses persalinan atas tindakan yang akan dilakukan.
b)    Menghargai pilihan posisi tidur.
c)    Menentukan pendampingan selama persalinan.
d)    Melakukan pemantauan selama persalinan.
e)    Melakukan tindakan sesuai kebutuhan.
3.    Pemenuhan kebutuhan dicintai dan mencintai
a)    Menghormati pilihan pendampingan selama persalinan.
b)    Melakukan kontak fisik atau memberi sentuhan ringan.
c)    Melakukan masase untuk mengurangi rasa sakit.
d)    Melakukan pembicaraan dengan suara lemah lembut dan sopan.
4.Pemenuhan kebutuhan harga diri
a)    Mendengarkan keluhan ibu dengan penuh perhatian atau menjadi pendengar yang baik.
b)    Memberi asuhan dengan memperhatikan privasi ibu
c)    Memberi pelayanan dengan empati.
d)    Memberitahu pada ibu setiap tindakan yang akan dilakukan
e)    Memberi pujian pada ibu terhadap tindakan positif yang telah dilakukan.
5.    Pemenuhan kebutuhan aktualisasi
a)    Memilih tempat dan penolong persalinan sesuai keinginan.
b)    Menentukan pendamping selama persalinan.
c)    Melakukan bounding and attachment.
d)    Memberi ucapan selamat setelah persalinan selesai
·         Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan persalinan kepada ibu dan proses kelahiran bayinya. (Pusdiknakes, 2003).
H.    Partograf
Partograf adalah alat untuk memantau kemajuan kala I persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik.
Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk :
·         Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks melalui periksa dalam.
·          Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan normal. Dengan demikian juga dapat mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya partus lama.
·         Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi, grafik kemajuan proses persalinan, bahan dan medikamentosa yang diberikan, pemeriksaan laboratorium, membuat keputusan klinik dan asuhan atau tindakan yang diberikan dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada status atau rekam medik ibu bersalin dan bayi baru lahir.
Partograf harus digunakan :
·         Untuk semua ibu dalam fase aktif  kala satu persalinan dan merupakan elemen penting dari asuhan persalinan.
·         Selama persalinan dan kelahiran bayi di semua tempat (rumah, puskesmas, klinik bidan swasta, RS, dll).
·         Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan persalinan kepada ibu dan proses kelahiran bayinya. (Pusdiknakes, 2003).

I.       Pendokumentasian Kala Satu
1.   Bidan harus mendokumentasikan secara akurat semua asuhan dalam catatan ibu termasuk DJJ, kontraksi, dan tiap observasi yang dilakukan maupun bagaimana ibu melakukan koping.
2.   Partograf  biasanya diperbaharui tiap setengah jam, atau secepatnya bila memungkinkan
3.    Selain itu setiap intervensi, masalah atau rujukan juga harus didokumentasi jelas dan ditandatangani dalam catatan ibu.

Hal-hal yang perlu di dokumentasikan:
       Pendokumentasian dapat dilakukan dengan menggunakan hasil temuan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik :
1.Anamnesis
a.    Nama, umur dan alamat
b.    Gravida dan para
c.    HPHT
d.    Tapsiran persalinan
e.    Alergi obat-obatan
f.     Riwayat kehamilan, sekarang dan sebelumnya
g.    Riwayat medis lainnya.
h.    Masalah medis saat ini, dll.

2.    Pemeriksaan fisik
a.    Pemeriksaan abdomen
1)    Menentukan TFU
2)    Memantau kontraksi uterus
3)    Memantau DJJ
4)    Memantau presentasi
5)    Memantau penurunan bagian terbawah janin
b.    Pemeriksaan dalam
1)    Menilai cairan vagina
2)    Memeriksa genetalia eksterna
3)    Menilai penurunan janin
4)    Menilai penyusupan tulang kepala
5)    Menilai kepala janin apakah sesuai dengan diameter jalan lahir.
6)    Jangan melakukan pemeriksaan dalam jika ada perdarahan pervaginam.

Format pendokumentasian kala I
Digunakan SOAP untuk mendokumentasikannya.
S : Subjektif
Menggambarkan hasil pendokumentasian anamnesis.
O : Objektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil dari pemeriksaan laboratorium dan tes diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung asuhan sebagai langkah I varney.
A : Assesment
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data objektif dalam identifikasi yang meliputi:
1.    Diagnosa atau masalah
2.    Antisipasi diagnosa atau masalah potensial
3.    Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi, kolaborasi dan atau rujukan sebagai langkah II, III dan IV varney.
P : Planning
Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan pelaksanaan tindakan dan evaluasi berdasarkan asuhan yang diberikan.


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi ( janin dan uri ) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan, melalui jalan lahir atau melalui jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan. ( Ilmu Kebidanan, Gde Manuaba ).Persalinan saat ini menjadi momok yang ditakutkan dikalangan ibu, khususnya ibu hamil. Tidak sedikit ibu dan bayinya mengalami kegawat daruratan dan sampai pada akhirnya tak dapat terselamatkan yang pada akhirnya menyebabkan meningkatnya angka kematian ibu dan anak. Akan tetapi hal tersebut dapat diminimalisir dengan asuhan persalinan.
Persalinan Kala I ( Kala Pembukaan Lengkap ) adalah Permulaan persalinan yang ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah karena serviks mulai mendatar dan membuka lengkap ( 10 cm ). Tanda dan Gejala Persalinan Kala I : His / kontraksi uterus sudah adekuat, Penipisan dan pembukaan serviks sekurang - kurangnya 3 cm, Keluarnya cairan dari vagina dalam bentuk lendir bercampur darah, Sering BAK, dan Akhir kala I primigravida keluar darah menetas. Fase – Fase Persalinan Kala I : Fase Laten dan Fase Aktif.

B.     Saran
Untuk mengetahui tentang “Memberi Asuhan Persalinan Pada Kala 1 Dan Perubahan Fisiologis Dan Psikologis Pada Kala 1”. pembaca dapat membaca dan mempelajari buku-buku yangberhubungan dengan Memberi Asuhan Persalinan Pada Kala 1 Dan Perubahan Fisiologis Dan Psikologis Pada Kala 1.
Di sini penulis menydari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dan menyempurnakan makalah selanjutnya

DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. 2008. Jakarta : PT Bina Pustaka.
JNPK-KR. Asuhan Persalinan N

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MAKALAH IMS : KONDILOMA AKUMINATA, KLAMIDIA, KANDIDIASIS

BAB I PENDAHULUAN A.     LATAR BELAKANG infeksi menular seksual adalah penyakit yang disebarkan oleh hubungan seks, ditularkan ...