BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Persalinan
adalah proses pengeluaran hasil konsepsi ( janin dan uri ) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan, melalui jalan
lahir atau melalui jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan. ( Ilmu
Kebidanan, Gde Manuaba ).
Persalinan saat ini menjadi momok
yang ditakutkan dikalangan ibu, khususnya ibu hamil. Tidak sedikit ibu dan
bayinya mengalami kegawat daruratan dan sampai pada akhirnya tak dapat
terselamatkan yang pada akhirnya menyebabkan meningkatnya angka kematian ibu
dan anak. Akan tetapi hal tersebut dapat diminimalisir dengan asuhan
persalinan.
Persalinan yang bersih dan aman serta pencegahan kajian dan bukti ilmiah menunjukan bahwa asuhan persalinan bersih, aman dan tepat waktu merupakan salah satu upaya efektif untuk mencegah kesakitan dan kematian. Penatalaksanaan komplikasi yang terjadi sebelum, selama dan setelah persalinan. Dalam upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu perlu diantisipasi adanya keterbatasan kemampuan untuk menatalaksanakan komplikasi pada jenjang pelayanan tertentu. Kompetensi petugas, pengenalan jenis komplikasi dan ketersediaan sarana pertolongan menjadi penentu bagi keberhasilan penatalaksanaan komplikasi yang umumnya akan selalu berada menurut derajat keadaan dan tempat terjadinya
Persalinan yang bersih dan aman serta pencegahan kajian dan bukti ilmiah menunjukan bahwa asuhan persalinan bersih, aman dan tepat waktu merupakan salah satu upaya efektif untuk mencegah kesakitan dan kematian. Penatalaksanaan komplikasi yang terjadi sebelum, selama dan setelah persalinan. Dalam upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu perlu diantisipasi adanya keterbatasan kemampuan untuk menatalaksanakan komplikasi pada jenjang pelayanan tertentu. Kompetensi petugas, pengenalan jenis komplikasi dan ketersediaan sarana pertolongan menjadi penentu bagi keberhasilan penatalaksanaan komplikasi yang umumnya akan selalu berada menurut derajat keadaan dan tempat terjadinya
B. Tujuan
Penulisan
Penulisan
makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas Asuhan Kebidanan Persalinan sekaligus menambah pengetahuan tentang Asuhan kala 1.
.
BAB II
ISI
A.
Batasan Persalinan
Persalinan
adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu.
Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup
bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan dimulai
(inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkab perubahan pada serviks
(membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu
belum inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks.
Tanda
dan gejala inpartu termasuk :
·
Penipisan dan pembukaan
serviks.
·
Kontraksi uterus yang
mengakibatkan perubahan serviks (frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit).
·
Cairan lender bercampur
darah (“show”) melalui vagina.
B.
Fase
– Fase dalam kala satu persalinan
Kala
satu persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan
meningkatkan (frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks membuka lengkap (10
cm). kala satu persalinan terdiri atas dua fase, yaitu :
1. Fase
laten
·
Dimulai sejak awal
berkontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap.
·
Berlangsung hingga
serviks membuka kurang dari 4 cm.
·
Pada umumnya, fase
laten berlangsung hamper atau hingga 8 jam.
2. Fase
aktif
·
Frekuensi dan lama
kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap (kontraksi dianggap
adekuat/memadai jika terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit, dan berlangsung
selama 40 detik atau lebih).
·
Dari pembukaan 4 cm
hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10 cm, akan terjadi dengan kecepatan
rata –rata 1 cm per jam (nulipara atau primigravida) atau lebih dari 1 cm
hingga 2cm (multipara).
·
Terjadi penurunan
bagian terbawah janin.
C.
Anamnesis
Anamnesis
dan pemeriksaan fisik secara seksama merupakan bagian dari asuhan sayang ibu
yang baik dan aman selama persalinan. Pertama, sapa ibu dan beritahukan apa
yang akan anda lakukan. Jelasakan pada ibu tujuan anamnesis dan pemeriksaan
fisik. Jawab dengan baik setiap pertanyaan yang diajukan ibu. Sambil melakukan
anamnesis dan pemeriksaan fisik, perhatikan adanya tanda –tanda penyulit atau
kondidi gawatdarurat dan segera lakukan tindakan yang sesuai apabila diperlukan
untuk memastikan proses persalinan akan berlangsung secara aman. Catatkan semua
temuan dan kesimpulannya kepada ibu dan keluarganya.
Tujuan
anamnesis adalah mengumpulkan informasi tentang riwayat kesehatan, kehamilan,
dan persalinan. Informasi ini digunakan dalam proses membuat keputusan klinik
untuk menentukan diagnosis dan mengembangkan rencana asuhan atau perawatan yang
sesuai.
Tanyakan
pada ibu :
·
Nama, umur, dan alamat
·
Gravida dan para
·
Hari Pertama Haid
Terakhir
·
Kapan bayi akan lahir
(menurut taksiran ibu)
·
Riwayat alergi obat –
obatan tertentu
·
Riwayat kehamilan yang
sekarang
·
Riwayat kehamilan
sebelumnya
·
Riwayat medis lainnya
·
Riwayat medis saat ini
·
Pertanyaan tentang hal
–hal yang belum jelas atau berbagai bentuk kekhawatiran lainnya.
Dokumentasikan
semua temuan. Setelah anamnesis lengkap, lakukan pemeriksaan fisik.
D.
Pemeriksaan
Fisik
Pemeriksaan
fisik bertujuan untuk menilai kondisi kesehatan ibu dan bayinya serta tingkat
kenyamanan fisik ibu bersalin. Hasil pemeriksaan fisik dan anamnesis di olah
untuk membuat keputusan klinik, menegakkan diagnosis dan mengembangan rencana
asuhan atau perawatan yang paling sesuai dengan kondisi ibu. Jelaskan kepada
ibu dan keluarganya tentang apa yang dilakukan, di periksa dan tujuannya.
Anjurkan mereka untuk untuk bertanya dan jawab pertanyaan yang diajukan
sehingga mereka memahami kepentingan pemerikaan.
Langkah
– langkah dalam melakukan pemeriksaan fisik :
·
Cuci tangan sebelum
memulai pemeriksaan fisik.
·
Tunjukan sikap ramah
dan sopan, tentamkan hati dan bantu ibu agar merassa nyaman minta ibu menarik
napas perlahan dan dalam jika ia merasa tegang / gelisah.
·
Minta ibu untuk
mengkosongkan kandung kemihnya (jika perlu, periksa jumlah urin dan adanya
protein dan aseton dalam urin)
·
Nilai kesehatan dan
keadaan umum ibu, suasana hatinya, tingkat kegelisahan atau nyeri kontraksi,
warna konjungtiva, kebersihan, status gizi dan kecukupan cairan tubuh.
·
Nilai tanda – tanda
vital ibu. Untuk akurasi penilaian tekanan darah dan nadi ibu, lakukan
pemeriksaan diantara dua kontraksi.
·
Lakukan pemeriksaan
abdomen.
·
Lakukan pemeriksaan
dalam.
1. Pemeriksaan
abdomen
Pemeriksaan abdomen digunakan untuk
:
a) Menentukan
tinggi fundus uteri
b) Memantau
kontraksi uterus
c) Memantau
denyut jantung janin
d) Menentukan
presentasi
e) Menentukan
penurunan bagian terbawah janin
Sebelum
melakukan pemeriksaan abdomen, pastikan dulu bahwa ibu sudah mengosongkan
kandung kemihnya, kemudian minta ibu berbaring. Tempatkan bantal di bawah
kepala dan bahunya dan minta ibu untuk menekukkan lututnya. Jika ibu gugup,
beri bantuan agar ia memperoleh rasa nyaman dengan meninta ibu menarik nafas
dalam berulang kali. Jangan biarkan ibu dalm posisi telentang dalam waktu lebih
dari 10 menit.
a) Menentukan
tinggi fundus uteri
Pastikan
pengukuran dilakukan pada saat uterus tidak sedang berkontraksi menggunakan
pita pengukur. Ibu dengan posisi setengah duduk dan tempelkan ujung pita
(posisi melebar) mulai dari tepi atas simfisi pubis, kemudian rentangkan pita
mengikuti aksis/linea mediana dinding depan abdomen hingga ke puncak fundus.
Jarak antara tepi atas simfisis pubis dan puncak fundus uteri adalah tinggi
fundus.
b) Memantau
kontraksi uterus
Gunakan jarum
detik yang ada pada jam untuk memantau kontraksi uterus. Secara hati – hati,
letakkan tangan penolong di atas uterus dan palpassi jumlah kontraksi yang
terjadi dalam kurun waktu 10 menit. Tentukan durasi atau lama setiap kontraksi
yang terjadi. Pada fase aktif, minimal terjadi dua kontraksi dalam 10 menit dan
lama kontraksi adalah 40 detik atau lebih. Di antara dua kontraksi akan terjadi
relaksasi dinding uterus.
c) Memantau
denyut jantung janin
Gunakan fetoskop
pinnards atau Doppler untuk mendengar denyut jantung janin (DJJ) dalam Rahim
ibu dan untuk menghitung jumlah DJJ permenit, gunakan jarum detik pada jam.
Tentukan titik tertentu pada dinding abdomen ibu dimana suara DJJ terdengar
paling kuat.
Nilai DJJ selama
dan segera setelah kontraksi uterus. Mulailah penilaian sebelum atau selama
puncak kontraksi. Dengarkan DJJ selama minimal 60 detik, dengarkan sampai
sedikitnya 30 detik setelah kontraksi berakhir.lakukan penilaian DJJ tersebut
pada lebih dari satu kontraksi. Gangguan kondisi kesehatan janin di cerminkan
dari DJJ yang kurang dari 120 atau lebih dari 160 x /menit. Kegawatan janin
ditunjukan dari DJJ yang kurang dari 100 atau lebih dari 180 x/menit. Bila
demikian, baringkan ibu ke sisi kiri dan anjurkan ibu untuk relaksasi. Nilai
kembali DJJ setelah 5 menit dari pemeriksaan sebelumnya, kemudian simpulkan
perubahan yang terjadi. Jika DJJ tidak mengalami perbaikan maka siapkan ibu
untuk segera dirujuk.
d) Menentukan
presentasi
Untuk menentukan presentasi janin
(bagian terbawah janin) :
·
Berdiri disamping ibu
dan menghadap kearah kepala ibu (minta ibu mengangkat tungkai atas dan
menekukan lutut).
·
Untuk mentukan apakah
presentasi adalah kepala atau bokong maka perhatikan dan pertimbangkan bentuk,
ukuran dan kepadatan bagian tersebut. Bagian berbentuk bulat, teraba keras,
berbatas tegas dan mudah digerakkan (bila belum masuk rongga panggul) biasanya
adalah kepala. Jika bentuknya kurang tegas, teraba kenyal, relatif lebih besar,
dan sulit terpegang secara mantap maka bagian tersebut biasanya adalah bokong.
Istilah sungsang digunakan untuk menunjukan bahwa bagian terbawah adalah
kebalikan dari kepala atau diintikkan sebagai bokong.
·
Dengan ibu jari dan jari
tengah dari satu tangan (hati –hati tapi mantap) pegang bagian terbawah janin
yang mengisi bagian bawah abdomen (di atas simfisis pubis) ibu. Bagian yang
berada diantara ibu jari dan jari tengah penolong adalah penunjuk presentasi
janin.
·
Jika bagian terbawah
janin belum masuk ke dalam rongga panggul maka bagian tersebut masih dapat di
gerakkan. Jika telah memasuki rongga panggul maka bagian terbawah janin sulit
atau tidak dapat di gerakkan lagi.
e) Menentukan
penurunan bagian terbawah janin
Akan lebih nyaman bagi ibu jika
penurunan janin ditentukan melalui pemeriksaan abdomen dibandingkan dengan
pemeriksaan dalam. Menilai penurunan melalui palpasi abdomen juga memberikan
informasi mengenai kemajuan persalinan dan membantu mencegah pemeriksaan dalam
yang tidak perlu. Nilai penurunan kepala janin dengan hitungan per lima bagian
kepala janin yang bisa di palpasi di atas simfisis pubis (ditentukan oleh
jumlah jan yang bisa ditempatkan di bagian kepala di atas simfisis pubis).
Kepala janin adalah:
Kepala janin adalah:
·
5/5 (lima per lima) jika keseluruhan kepala janin dapat
diraba di atas simfisis pubis.
·
4/5 jika sebagian besar kepala janin berada di atas simfisis
pubis.
·
3/5 jika hanya tiga dan lima jam bagian kepala janin teraba
di atas simfisis pubis.
·
2/5 jika hanya dua dan lima jan bagian kepala janin berada
di atas simfisis pubis. Berarti hampir seluruh kepala telah turun ke dalam
saluran panggul (bulatnya kepala tidak dapat diraba dan kepala janin tidak
dapat digerakkan).
·
1/5 jika hanya sebagian kecil kepala dapat diraba di atas
simfisis pubis.
·
0/5 jika kepalajanin tidak teraba dan luar atau seluruhnya
sudah melalui simfisis pubis.
2. Periksa
Dalam
Sebelum melakukan pemeriksaan dalam,
tangan dicuci dengan sabun dan air bersih yang mengalir, kemudian keringkan
dengan handuk kering dan bersih’. Minta ibu untuk berkemih dan membasuh regio
genitalia dengan sabun dan air bersih (jika ibu belum melakukannya). Jelaskan
pada ibu setiap langkah yang akan dilakukan selama pemeriksaan. Tenteramkan dan
anjurkan ibu untuk nicks. Pastikan privasi ibu terjaga selama pemeriksaan
dilakukan.
Langkah-langkah dalam melakukan pemeriksaan dalam termasuk :
Langkah-langkah dalam melakukan pemeriksaan dalam termasuk :
1. Tutupi badan ihu sebanyak mungkin
dengan sarung atau selimut.
2. Minta ibu berbaring telentang dengan
lutut ditekuk dan paha dibentangkan (mungkin akan membantu jika ibu menempelkan
kedua telapak kakiriya satu sama lain).
3. Menggunakan sarung tangan DTT atau
steril pada saat melakukan pemeriksaan.
4. Menggunakan kasa atau gulungan kapas
DTT yang dicelupkan ke air DTT atau larutan antiseptik. Membasuh labia secara
hati-hati, seka dan depan kebelakang untuk menghindarkan kontarninasi feses
(tinja).
5. Memeriksa genitalia eksterna, apakah
terdapat luka atau massa (termasuk kon dilornata), varikositas vulva atau
rektum, atau luka parut di perineum.
6. Nilai cairan vagina dan tentukan
apakah terdapat bercak darah, perdarahan pervaginam atau mekonium:
a. Jika ada perdarahan per vaginam,
jangan lakukan pemeriksaan dalam. Lihat Tabel 2-1.
b. Jika ketuban sudah pecah, lihat
warna dan bau air ketuban. Jika mekonium ditemukan, lihat apakah kental atau
encer dan periksa DJJ (lihat Tabel 2-1):
·
Jika mekonium encer dan DJJ normal, teruskan memantau DJJ
secara seksama menurut petunjuk pada partograf. Jika ada tanda-tanda akan
terjadinya gawat janin, lihat Tabel 2-1 dan rujuk segera.
·
Jika mekonium kental, nilai DJJ dan rujuk segera (lihat
Tabel 2-1).
·
Jika ban busuk, lihat Tabel 2-1. Ibu mungkin mengalami
infeksi.
7. Dengan hati-hati pisahkan labia
dengan jari manis dan ibu jari tangan (gunakan sarung tangan pemeriksa).
Masukkan jari telunjuk dengan hati-hati, diikuti oleh jari tengah. Pada saat
kedua jari berada di dalam vagina, jangan mengeluarkannya sebelum pemeriksaan
selesai. Jika ketuban belum pecah, jangan lakukan amniotomi (memecah kannya). Alasan:
Amniotomi ineningkatkan risiko infeksi pada ibu dan bayi, serta gawat janin.
8. Nilai vagina. Luka parut lama di
vagina bisa memberikan indikasi luka atau episiotomi sebelumnya, hal ini
mungkin menjadi informasi penting pada saat kelahiran bayi.
9. Nilai pembukaan dan penipisan
serviks.
10. Pastikan tali pusat umbilikus
dan/atau bagian-bagian kecil (tangan atau kaki bayi) tidak teraba pada saat
melakukan pemeriksaan per vaginam. Jika teraba, ikuti langkah-Iangkah
kedaruratan di Tabel 2-1 dan segera rujuk ibu ke fasilitas kesehatan yang
sesuai.
11. Nilai penurunan janin dan tentukan apakah
kepala sudah masuk ke dalam panggul. Bandingkan penurunan kepala dengan
temuan-temuan dan pemeriksaan abdomen Untuk menentukan kemajuan persalinan.
12. Jika kepala dapat dipalpasi, raba
fontanela dan sutura sagitalis untuk menilai penyusupan tulang kepala dan/atau
tumpang tindihnya, dan apakah kepala janin Sesuai dengan diameter jalan lahir.
13. Jika pemeriksaan sudah lengkap,
keluarkan kedua jan pemeriksa dengan hati-hati, celupkan sarung tangan ke dalam
larutan dekontaminasi, lepaskan sarung tangan secara terbalik dan rendam dalam
larutan dekontaminasi selama 10 menit.
14. Cuci kedua tangan dan segera
keringkan dengan handuk bersih dan kering.
15. Bantu ibu untuk mengambil posisi
yang lebih nyaman.
16. Jelaskan hasil-hasil pemeriksaan
pada ibu dan keluarganya
E.
Mencatat dan Mengkaji Hasil Anamnesis Dan Pemeriksaan Fisik
Ketika anamnesis dan pemeriksaan telah lengkap :
Ketika anamnesis dan pemeriksaan telah lengkap :
1.
Catat semua hasil anamnesis dan temuan pemeriksaan fisik
secara teliti dan lengkap.
2.
Gunakan informasi yang terkumpul untuk menentukan apakah ibu
sudah dalam persalinan (inpartu). Jika pembukaan serviks kurang dan 4 cm,
berarti ibu masih dalam fase laten persalinan. Lakuikan penilaian ulang setelah
4 jam sejak pemeriksaan pertama. Jika pembukaan serviks 4 cm atau lebih, ibu telah
masuk dalam fase aktif persalinan; mulailah mencatat kemajuan persalinan pada
partograf (lihat bawah).
3.
Tentukan ada tidaknya masalah atau penyulit yang harus
ditatalaksana secara khusus.
4.
Setiap kali selesai melakukan penilaian, analisis data yang
terkumpul, buat diagnosis berdasarkan informasi tersebut. Susun rencana
penatalaksanaan asuhan bagi ibu. Penatalaksanaan itu selalu berdasarkan pada
hash temuan penilaian.
Contoh: Jika setelah menyelesaikan
penilaian awal diagnosisnya adalah kehamilan intrauterin, cukup bulan, dalam
fase aktif kala satu persalinan dengan DJJ dan tanda tanda vital normal.
Rencana selanjutnya adalah terus mernantau kondisi ibu serta janin menurut
parameter-parameter pada partograf dan memberikan asuhan sayang ibu. Jika hasil
diagnosis menunjukkan suatu ahnormalitas atau komplikasi, maka rencana selan
jutnya mencakup persiapan untuk rujukan segera, memperbaiki kondisi umum ibu,
merujuk sambil terus menerus memantau dan me!akukan pertolongan awal terhadap
masalah tersebut dan tetap memberikan asuhan sayang ibu (kaji ulang bagian
Membuat keputusan klinik di Bab 1).
5.
Jelaskan semua temuan, diagnosis dan rencana penatalaksanaan
kepada ibu dan keluar ganya sehingga mereka memahami asuhan yang akan
diberikan.
F.
Pengenalan Dini Terhadap Masalah Dan
Penyulit
Pada saat memberikan asuhan kepada
ibu yang sedang bersalin, penolong harus selalu waspada terhadap masalah atau
penyulit yang mungkin terjadi. Ingat bahwa menunda pemberian asuhan
kegawatdaruratan akan meningkatkan risiko kematian dan kesakitan ibu dan bayi
baru lahir. Selama anamnesis dan penieriksaan fisik, tetap waspada terhadap
indikasi-indikasi seperti yang tertera pada Tabel 2-1 dan lakukan tindakan
segera. Lakukan langkah dan tindakan yang scsuai untuk mernastikan proses
persalinan yang aman bagi ibu dan keselamatan bagi bayi yang dilahirkan
Tabel 2 -1
: Indikasi – Indikasi untuk melakukan tindakan dan/atau rujukan selama kala
satu persalinan
Temuan-temuan
anamnesis dan/atau pemeriksaan
|
Rencana
untuk asuhan atau perawatan
|
Riwayat bedah sesar
|
|
Perdarahan pervaginam selain dari
lendir bercampur darah (show)
|
Jangan melakukan pemeriksaan dalam
|
Kurang dari 37 minggu (persalinan
kurang bulan)
|
|
Temuan-temuan anamnesis dan/atau pemeriksaan |
Rencana
untuk asuhan atau perawatan
|
Ketuban pecah disertai dengan
keluarnya mekonium kental
|
|
Ketuban pecah bercampur dengan
sedikit mekonium disertai tanda-tanda gawat janin
|
|
Ketuban telah pecah (lebih dari 24
jam )atau Ketuban pecah pada kehamilan kurang bulan (usia
kehamilan kurang dari 37 minggu)
|
|
Tanda-tanda atau gejala-gejala
infeksi:• temperatur tubuh > 38° c • menggigil
• nyeri abdomen • cairan ketuban yang berbau |
|
Tekanan darah lebih dari 160/ 110 dan/atau
terdapat protein dalam urin (preeklampsia berat)
|
|
Tinggi tundus 40 cm atau lebih
(makrosomia, polihidramniosis, kehamilan ganda)
|
Alasan: Jika diagnosisnya adalah
polihidramnion, mungkin ada masalah-masalah lain dengan janinnya. Dengan
adanya makrosomia, risiko distosia bahu dan perdarahan pasca persalinan akan
lebih besar
|
Temuan-temuan
anamnesis dan/atau pemeriksaan
|
Rencana
untuk asuhan atau perawatan
|
DJJ kurang dari 100 atau lebih dari
180 kali/menit pada dua kali penilaian dengan jarak 5 menit (gawat janin)
|
|
Primipira dalam persalinan fase
aktif dengan palpasi kepala janin masih 5/5
|
|
Presentasi bukan belakang kepala(sungsang, letak lintang, dll)
|
|
Presentasi ganda (majemuk)(adanya bagian janin, seperti
misalnya lengan atau tangan, bersamaan dengan presentasi belakang kepala)
|
|
Tali pusat menumbung (jika tali pusat masih berdenyut)
|
ATAU
|
Temuan-temuan
anamnesis dan/atau pemeriksaan
|
Rencana
untuk asuhan atau perawatan
|
Tanda dan gejala syok:
|
|
Tanda dan gejala persalinan
dengan fase laten yang memanjang:
|
|
Tanda dan gejala belum
inpartu:
|
|
Tanda dan gejala partus
lama:
|
|
Rujuk ibu :Apabila didapati salah satu atau lebih penyulit seperti
berikut :
|
G. Persiapan Persalinan
1) Ruangan yang hangat dan
bresih, memiliki sirkulasi udara yang baik dan terlindung dari tiupan angin.
2) Sumber air bersih dan
mengalir untuk cuci tangan dan memandikan ibu sebelum dan sesudah melahirkan.
3) Air disinfeksi tingkat
tinggi (air yang dididihkan dan didinginkan) untuk membersihkan vulva dan
perineum sebelum dilakukan periksa dalam dan membersihkan perineum ibu setelah
bayi lahir.
4) Kecukupan air bersih, klorin,
deterjen, kain pembersih, kain pel dan sarung tangan karet untuk membersihkan
ruangan, lantai, perabotan, dekomentasi dan proses peralatan.
6) Tempat yang lapang untuk
ibu berjalan-jalan dan menunggu saat persalinan, melahirkan bayi dan untuk memberikan asuhan bagi ibu dan bayinya setelah persalinan. Pastikan ibu mendapatkan privasi yang diinginkannya.
7) Tempat tidur yang bersih
untuk ibu.
9) Meja untuk tindakan
resusitasi BBL.
(Saifuddin, 2006).
c) Persiapan perlengkapan, bahan-bahan dan
obat-obatan yang diperlukan.
1) Bagi keluarga dan ibu
bersalin :
(a) Rencanakan bersalin di polindes,
Puskesmas, RB, RS, dan BPS.
(c) Menyiapkan untuk donor darah, jika
sewaktu-waktu diperlukan ibu.
(e) Menyiapkan kendaraan/alat transportasi
jika sewaktu-waktu ibu dan bayi perlu segera ke RS.
(f) Menyiapkan perlengkapan dan
peralatan ibu dan bayi.
(KMS, 2009).
d)
Pemenuhan kebutuhan fisiologis dan psikologis ibu dan janin.
a) Kebutuhan Fisiologis
1)
Oksigen
2)
Makan dan minum
3)
Istirahat selama tidak ada his
4)
Kebersihan badan terutama genetalia
5)
Buang air keil dan buang air besar
7)
Penjahitan perineum bila perlu
b)
Kebutuhan rasa aman
1)
Memilih tempat dan penolong persalinan
3)
Posisi tidur yang dikehendaki ibu
4)
Pendampingan oleh keluarga
5)
Pemantauan selama persalinan
6)
Intervensi yang diperlukan.
c)
Kebutuhan dicintai dan mencintai
1)
Pendampingan oleh suami / keluarga.
2)
Kontak fisik (memberi sentuhan ringan).
3)
Masase untuk mengurangi rasa sakit
4)
Berbicara dengan suara yang lemah, lembut, serta sopan.
d)
Kebutuhan harga diri
1)
Merawat bayi sendiri dan menetekinya.
3)
Pelayanan yang bersifat simpati dan empati
4)
Informasi bila akan melakukan tindakan
5)
Memberikan pujian pada ibu terhadap tindakan positif yang ibu lakukan.
e)
Kebutuhan aktualisasi diri
1)
Memilih tempat dan penolong sesuai keinginan.
2)
Memilih pendamping salama persalinan
3)
Bounding and attachment
4)
Ucapan selamat atas kelahiran anaknya
1. Pemenuhan kebutuhan fisiologis selama persalinan
a)
Mengatur sirkulasi udara dalam ruangan
b)
Memberi makan dan minum
c)
Menganjurkan istirahat diluar his
d) Menjaga
kebersihan badan terutama daerah genetalia (bila memungkinkan
ibu disuruh untuk mandi atau membersihkan daerah kemaluan).
e)
Menganjurkan ibu untuk buang air kecil atau buang air besar.
2. Pemenuhan kebutuhan rasa aman
b)
Menghargai pilihan posisi tidur.
e)
Melakukan tindakan sesuai kebutuhan.
3.
Pemenuhan kebutuhan dicintai dan mencintai
b)
Melakukan kontak fisik atau memberi sentuhan ringan.
c)
Melakukan masase untuk mengurangi rasa sakit.
d)
Melakukan pembicaraan dengan suara lemah lembut dan sopan.
4.Pemenuhan kebutuhan harga diri
a)
Mendengarkan keluhan ibu dengan penuh perhatian atau menjadi pendengar yang
baik.
b)
Memberi asuhan dengan memperhatikan privasi ibu
c)
Memberi pelayanan dengan empati.
d)
Memberitahu pada ibu setiap tindakan yang akan dilakukan
e)
Memberi pujian pada ibu terhadap tindakan positif yang telah dilakukan.
5. Pemenuhan kebutuhan aktualisasi
c) Melakukan
bounding and attachment.
·
Secara rutin oleh semua
penolong persalinan yang memberikan asuhan persalinan kepada ibu dan proses kelahiran bayinya. (Pusdiknakes, 2003).
H. Partograf
Partograf adalah alat untuk memantau kemajuan kala I persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik.
Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk :
·
Mencatat hasil observasi dan
kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks melalui periksa dalam.
·
Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan normal. Dengan demikian juga dapat mendeteksi secara dini
kemungkinan terjadinya partus lama.
·
Data pelengkap yang terkait
dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi, grafik kemajuan proses persalinan, bahan dan medikamentosa yang diberikan, pemeriksaan laboratorium, membuat
keputusan klinik dan asuhan atau tindakan yang diberikan dimana semua itu
dicatatkan secara rinci pada status atau rekam medik ibu bersalin dan bayi baru
lahir.
Partograf
harus digunakan :
·
Untuk semua ibu dalam fase
aktif kala satu persalinan dan merupakan elemen penting dari asuhan persalinan.
·
Selama persalinan dan kelahiran bayi di semua tempat (rumah, puskesmas, klinik bidan swasta, RS, dll).
·
Secara rutin oleh semua
penolong persalinan yang memberikan asuhan persalinan kepada ibu dan proses kelahiran bayinya. (Pusdiknakes, 2003).
I. Pendokumentasian Kala Satu
1. Bidan harus mendokumentasikan secara akurat semua asuhan dalam catatan ibu
termasuk DJJ, kontraksi, dan tiap observasi yang dilakukan maupun bagaimana ibu
melakukan koping.
2. Partograf biasanya diperbaharui tiap setengah jam, atau secepatnya
bila memungkinkan
3. Selain itu setiap intervensi,
masalah atau rujukan juga harus didokumentasi jelas dan ditandatangani dalam
catatan ibu.
Hal-hal yang perlu di
dokumentasikan:
Pendokumentasian dapat dilakukan dengan menggunakan hasil temuan dari anamnesis
dan pemeriksaan fisik :
1.Anamnesis
a. Nama,
umur dan alamat
b. Gravida
dan para
c. HPHT
d. Tapsiran persalinan
e. Alergi
obat-obatan
g. Riwayat
medis lainnya.
h. Masalah
medis saat ini, dll.
2.
Pemeriksaan fisik
a.
Pemeriksaan abdomen
1)
Menentukan TFU
2)
Memantau kontraksi uterus
3)
Memantau DJJ
4)
Memantau presentasi
5)
Memantau penurunan bagian terbawah janin
b. Pemeriksaan dalam
1) Menilai
cairan vagina
2) Memeriksa
genetalia eksterna
3) Menilai
penurunan janin
4) Menilai
penyusupan tulang kepala
5) Menilai
kepala janin apakah sesuai dengan diameter jalan lahir.
6) Jangan
melakukan pemeriksaan dalam jika ada perdarahan pervaginam.
Format
pendokumentasian kala I
Digunakan SOAP untuk mendokumentasikannya.
S : Subjektif
Menggambarkan hasil
pendokumentasian anamnesis.
O : Objektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan
fisik klien, hasil dari pemeriksaan laboratorium dan tes diagnostik lain yang
dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung asuhan sebagai langkah I varney.
A : Assesment
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan
interpretasi data objektif dalam identifikasi yang meliputi:
1. Diagnosa atau masalah
2. Antisipasi diagnosa atau masalah potensial
3. Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi, kolaborasi dan atau rujukan sebagai langkah II,
III dan IV varney.
P : Planning
Menggambarkan pendokumentasian
dari perencanaan pelaksanaan tindakan dan evaluasi berdasarkan asuhan
yang diberikan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Persalinan adalah proses
pengeluaran hasil konsepsi ( janin dan uri ) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan, melalui jalan
lahir atau melalui jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan. ( Ilmu
Kebidanan, Gde Manuaba ).Persalinan saat ini menjadi momok
yang ditakutkan dikalangan ibu, khususnya ibu hamil. Tidak sedikit ibu dan
bayinya mengalami kegawat daruratan dan sampai pada akhirnya tak dapat
terselamatkan yang pada akhirnya menyebabkan meningkatnya angka kematian ibu
dan anak. Akan tetapi hal tersebut dapat diminimalisir dengan asuhan
persalinan.
Persalinan Kala
I ( Kala Pembukaan Lengkap ) adalah Permulaan persalinan
yang ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah karena serviks mulai
mendatar dan membuka lengkap ( 10 cm ). Tanda dan Gejala Persalinan Kala I : His / kontraksi uterus sudah adekuat, Penipisan dan
pembukaan serviks sekurang - kurangnya 3 cm, Keluarnya cairan dari vagina dalam
bentuk lendir bercampur darah, Sering BAK, dan Akhir kala I primigravida keluar
darah menetas. Fase – Fase Persalinan Kala I : Fase Laten dan Fase Aktif.
B.
Saran
Untuk mengetahui
tentang “Memberi Asuhan Persalinan Pada Kala 1 Dan Perubahan Fisiologis Dan
Psikologis Pada Kala 1”. pembaca dapat membaca dan mempelajari buku-buku
yangberhubungan dengan Memberi Asuhan Persalinan Pada Kala 1 Dan Perubahan
Fisiologis Dan Psikologis Pada Kala 1.
Di sini penulis menydari bahwa dalam penulisan makalah
ini masih jauh dari sempurna, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun dan menyempurnakan makalah selanjutnya
DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo,
Sarwono. Ilmu Kebidanan. 2008. Jakarta : PT Bina Pustaka.
JNPK-KR. Asuhan Persalinan N
Tidak ada komentar:
Posting Komentar