Senin, 23 Oktober 2017

MAKALAH IMS : KONDILOMA AKUMINATA, KLAMIDIA, KANDIDIASIS



BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
infeksi menular seksual adalah penyakit yang disebarkan oleh hubungan seks, ditularkan dari orang yang memiliki IMS juga. Sebelumnya infeksi menular seksual (IMS) disebut sebagai penyakit menular seksual (PMS). Perubahan ini disesuaikan dengan kebijakan Organisasi Kesehatan Dunia/ WHO pada tahun 1998.
Penyakit menular seksual atau PMS, kini dikenal dengan istilah infeksi menular seksual atau IMS, adalah penyakit atau infeksi yang umumnya ditularkan melalui hubungan seks yang tidak aman. Penyebaran bisa melalui darah, sperma, cairan vagina, atau pun cairan tubuh lainnya. Selain itu, penyebaran tanpa hubungan seksual juga bisa terjadi dari seorang ibu kepada bayinya, baik saat mengandung atau ketika melahirkan. Pemakaian jarum suntik secara berulang atau bergantian di antara beberapa orang juga berisiko menularkan infeksi.
Ada banyak jenis infeksi menular seksual (IMS), beberapa diantaranya yang akan kita bahas disini adalah kondiloma akuminta, klamidia, dan kandidiasis.

B.     TUJUAN PENULISAN
a.       Untuk mengetahui infeksi menular sesual kondiloma akuminata
b.      Untuk mengetahui infeksi menular sesual klamidia
c.       Untuk mengetahui infeksi menular sesual kandidiasis


BAB II
ISI
A.    KONDILOMA AKUMINATA
a.       Pengertian
Kutil Genitalis atau dengan nama lain Kondiloma Akuminata merupakan kutil di dalam atau di sekeliling vagina, penis atau dubur, yang ditularkan melalui hubungan seksual.
Kondiloma akuminatum ialah vegetasi oleh Human Papiloma Virus tipe tertentu, bertangkai, dan permukaannya berjonjot. Tipe HPV tertentu mempunyai potensi onkogenik yang tinggi, yaitu tipe 16 dan 18. tipe ini merupakan jenis virus yang paling sering dijumpai pada kanker serviks. Sedangkan tipe 6 dan 11 lebih sering dijumpai pada kondiloma akuminatum dan neoplasia intraepitelial serviks derajat ringan.
Kutil genitalis sering ditemukan dan menyebabkan kecemasan karena:
·         Tidak enak dilihat,
·         Bisa terinfeksi bakteri
·         Bisa merupakan petunjuk adanya gangguan sistem kekebalan.
·         Kadang gatal

b.      Penyebab
Penyebab penyakit ini adalah virus papilloma.Pada wanita, virus papiloma tipe 16 dan 18, yang menyerang leher rahim tetapi tidak menyebabkan kutil pada alat kelamin luar dan bisa menyebabkan kanker leher rahim. Virus tipe ini dan virus papiloma lainnya bisa menyebabkan tumor intra-epitel pada leher rahim (ditunjukkan dengan hasil Pap-smear yang abnormal) atau kanker pada vagina, vulva, dubur, penis,mulut, tenggorokan atau kerongkongan.
c.       Gejala klinis
1)      Terdapat papul atau tumor (benjolan), dapat soliter (tunggal) atau multipel (banyak) dengan permukaan yang verukous atau mirip jengger ayam.
2)      Terkadang penderita mengeluh nyeri. Jika timbul infeksi sekunder berwarna kemerahan akan berubah menjadi keabu-abuan dan berbau tidak sedap
3)       Umumnya di daerah lipatan yang lembab pada genitalia eksterna. Pada pria, misalnya di: perineum dan sekitar anus, sulkus koronarius, gland penis, muara uretra eksterna, prepusium, korpus dan pangkal penis. Pada wanita, misalnya di: vulva dan sekitarnya, introitus vagina, labia mayor, labia minor, terkadang pada porsio uteri.
d.      Penatalaksanaan
1)      Tutul (olesi sedikit) dengan tinctura podofilin 20-25% (ini tidak boleh diberikan pada wanita hamil, karena dapat terjadi kematian fetus/janin).
2)      Pada wanita hamil, tutul dengan asam triklorasetat (TCA) 80-90%. Atau digunakan larutan dengan konsentrasi 50%, dioleskan setiap minggu.
3)      Salep 5-fluorurasil 1-5% diberikan setiap hari sampai lesi hilang.
4)      Bedah listrik (elektrokauterisasi).
5)      Bedah beku dengan nitrogen cair.
6)       Bedah skalpel.
7)       Laser karbondioksida.
8)       Interferon (suntikan i.m. atau intralesi) atau topikal (krim). a) Interferon alfa diberikan dengan dosis 4-6 mU i.m. 3 x seminggu selama 6 minggu atau
dengan dosis 1-5 mU i.m. selama 6 minggu. b) Interferon beta diberikan dengan dosis 2x10 g unit i.m. selama 10 hari berturut-turut.
9)      Pada pria yang tidak dikhitan (disunat) dapat dilakukan eksisi dan sirkumsisi (khitan).
e.       Cara penularan
Cara yang paling umum HPV dapat ditularkan dari orang ke orang adalah selama hubungan seksual. Bentuk lain dari aktivitas seksual di mana HPV dapat ditularkan dari orang ke orang termasuk seks oral, seks anal, dan non-penetrasi genital ke kontak kelamin. Selain itu penyakit ini juga bisa menular ke janin atau bayi dari ibu yang telah terinfeksi sebelumnya, dan resiko mengembangkan karsinoma sel skuamosa.
HPV dapat menembus sel-sel basal epidermis. Hal ini dapat mengaktifkan pembentukan protein, meningkatkan sel-sel proliferasi, penebalan lapisan yang keras sehingga dapat menimbulkan papillomatosa.
Pertumbuhan penyakit ini mula–mula kecil, kemudian cenderung berkelompok dan menyatu membentuk suatu benjolan yang besar yang menyerupai bunga kol seperti jengger ayam atau brokoli.
Dimana virus ini memiliki masa inkubasi Kondiloma akuminata berlangsung antara 1-8 bulan (rata-rata 2-3 bulan). HPV masuk ke dalam tubuh melalui mikrolesi pada kulit, sehingga kondiloma akuminata sering timbul di daerah yang mudah mengalami trauma pada saat hubungan seksual. Pada pria, tempat yang sering terkena adalah glans penis, sulkus koronarius, frenulum dan batang penis, sedang pada wanita adalah fourchette posterior, vestibulum, dll.
HPV yang masuk melalui mikro lesi pada kulit, biasanya pada daerah kelamin dan melakukan penetrasi pada kulit sehingga menyebabkan abrasi permukaan epitel.
Human Papilloma Virus adalah epiteliotropik ; yang sifatnya mempunyai afinitas tinggi pada sel-sel epitel. Replikasinya tergantung pada adanya diferensiasi epitel skuamosa. Virus DNA (Deoxyribonucleic Acid) dapat ditemukan pada lapisan terbawah dari epitel. Protein kapsid dan virus infeksius ditemukan pada lapisan superfisial sel-sel yang berdiferensiasi. HPV dapat masuk ke lapisan basal, menyebabkan respon radang. Pada wanita menyebabkan keputihan dan infeksi mikroorganisme. HPV yang masuk ke lapisan basal sel epidermis dapat mengambil alih DNA dan mengalami replikasi yang tidak terkendali. Fase laten virus dimulai dengan tidak adanya tanda dan gejala yang dapat berlangsung sebulan bahkan setahun. Setelah fase laten, produksi virus DNA, kapsid dan partikel dimulai. Sel dari tuan rumah menjadi infeksius dari struktur koilosit atipik dari kondiloma akuminata (morphologic atypical koilocytosis of condiloma acuminate) berkembang. Lamanya inkubasi sejak pertama kali terpapar virus sekitar 3 minggu sampai 8 bulan atau dapat lebih lama. HPV yang masuk ke sel basal epidermis ini dapat menyebabkan nodul kemerahan di sekitar genitalia. Penumpukan nodul merah ini membentuk gambaran seperti bunga kol. Nodul ini bisa pecah dan terbuka sehingga terpajan mikroorganisme dan bisa terjadi penularan karena pelepasan virus bersama epitel. HPV yang masuk ke epitel dapat menyebabkan respon radang yang merangsang pelepasan mediator inflamasi yaitu histamin yang dapat menstimulasi saraf perifer. Stimulasi ini menghantarkan pesan gatal ke otak dan timbul impuls elektrokimia sepanjang nervus ke dorsal spinal cord kemudian ke thalamus dan dipersepsikan sebagai rasa gatal di korteks serebri. Pada wanita yang terinfeksi HPV dapat menyebabkan keputihan dan disertai infeksi mikroorganisme yang berbau, gatal dan rasa terbakar sehingga tidak nyaman pada saat melakukan hubungan seksual.

f.       Komplikasi
Seperti beberapa penyakit lainnya, Kondiloma akuminata juga akan menimbulkan komplikasi berupa penyakit yang lebih besar dan lebih berbahaya.

1.      Kanker
Komplikasi pertama yang ditimbulkan dari Kondiloma akuminata adalah kanker serviks yang berkaitan dengan infeksi HPV genital. Selain itu juga berhubungan dengan beberapa kanker lain seperti kanker vulva, kanker penis, kanker anus serta kanker mulut dan tenggorokan.
2.      Masalah Kehamilan
Kondiloma akuminata juga akan menyebabkan masalah atau gangguan pada masa kehamilan. Kutil ini bisa berubah bertambah besar dan penderita akan kesulitan saat akan buang air kecil.
3.      Berkurangnya Kemampuan Meregang
Kondiloma akuminata juga akan membuat vagina akan mengalami penurunan peregangan saat akan melahirkan. Kutil yang berukuran besar di area vagina ini akan berdarah pada saat terjadi peregangan selama proses melahirkan.
4.      Menular Pada Bayi
Jika seorang wanita melahirkan di saat mengalami Kondiloma akuminata, maka bisa tertular yang umumnya akan terjadi pada tenggorokan bayi sehingga membutuhkan pembedahan untuk memastikan jika jalur napas tidak tersumbat oleh kutil tersebut

B.     KLAMIDIA
a.       pengertian
Chlamydia adalah penyakit menular seksual yang ditularkan melalui hubungan seks tanpa menggunakan kondom. Penyakit ini bisa menjangkiti pria dan wanita dalam segala usia. Namun sebagian besar kasus chlamydia dialami oleh wanita berusia muda yang aktif secara seksual. Penyakit ini bisa menimbulkan gangguan kesehatan yang lebih serius jika tidak segera ditangani dengan tuntas.
b.      Penyebab
Chlamydia disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis. Bakteri ini ditularkan oleh penderita melalui hubungan seksual tanpa menggunakan kondom. Penularan chlamydia bisa melalui seks oral, anal, vaginal, dan saling bersentuhannya alat kelamin. Selain itu, chlamydia juga bisa menular melalui alat bantu seks yang tidak dilapisi dengan kondom atau tidak dicuci sampai bersih setelah digunakan.
Berhubungan seksual dengan banyak orang atau berganti-ganti pasangan, dapat meningkatkan risiko terjangkit chlamydia.
Beberapa faktor lain yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena chlamydia adalah:
·         Pernah mengidap penyakit menular seksual.
·         Memiliki lebih dari satu pasangan seksual/berganti-ganti pasangan.
·         Berhubungan seksual tanpa menggunakan kondom.
·         Aktif secara seksual sebelum usia 18 tahun.
Chlamydia tidak menular melalui beberapa hal berikut ini:
·         Pelukan
·         Dudukan toilet
·         Menggunakan peralatan makan yang sama dengan penderita
·         Berbagi handuk dengan penderita
·         Ciuman
·         Berenang di kolam renang yang sama
·         Mandi di kamar mandi yang sama
Ibu penderita chlamydia bisa menularkan infeksi pada bayi yang dilahirkannya dan menyebabkan mata menjadi bengkak dan mengeluarkan cairan atau yang disebut dengan konjungtivitis. Oleh karena itu, ketika merencanakan kehamilan atau pada saat awal kehamilan, pastikan Anda tidak sedang mengalami infeksi ini dan jika positif, obati secepat mungkin.
c.       Gejala Klinis
Sebagian besar penderita chlamydia tidak merasakan gejala apa pun saat awal tertular penyakit ini. Namun setelah 1 sampai 3 pekan, biasanya gejala baru akan muncul. Meskipun sudah muncul, gejala chlamydia seringkali diabaikan karena biasanya tidak parah dan segera berlalu. Gejala yang dialami oleh pria berbeda dengan wanita. Satu-satunya gejala yang bisa dialami oleh keduanya adalah rasa sakit ketika buang air kecil.
Setengah dari pria penderita chlamydia tidak merasakan gejala penyakit ini, dan sisanya lagi mengalaminya. Gejala yang muncul bisa berupa rasa sakit pada testikel, sensasi terbakar atau gatal pada saat berkemih, dan keluarnya cairan berwarna putih kental atau encer dari ujung penis. Infeksi masih terjadi dan bisa ditularkan walau gejala yang dialami sudah hilang.
Sedangkan pada wanita, persentase yang tidak mengalami gejala adalah sekitar 70 persen, dan sisanya yaitu 30 persen mengalami gejala. Gejala yang muncul dapat berupa  perdarahan ketika atau setelah selesai melakukan hubungan seks  dan keluarnya cairan yang tidak biasa dari vagina. Selain itu, ada juga yang mengalami menstruasi lebih berat dari biasanya, perdarahan di antara masa menstruasi, dan rasa sakit pada perut bagian bawah.
Chlamydia tidak hanya menginfeksi alat kelamin, tapi bisa juga menjangkiti mata dan menyebabkan terjadinya konjungtivitis jika cairan vagina atau sperma yang terinfeksi terkena mata. Mata yang terinfeksi akan terasa perih, bengkak, teriritasi, dan mengeluarkan cairan. Anus juga bisa terinfeksi dan menyebabkan perdarahan, keluar cairan, serta rasa sakit dan tidak nyaman.
Segera temui dokter jika Anda atau pasangan Anda mengalami gejala seperti yang disebutkan di atas.

d.      Penatalaksanaan
Curigai adanya klamidia pada kondisi berikut:
1)      Jumlah sel darah putih (SDP) terlalu banyak untuk dihitung pada slide sediaan basah tanpa disertai bakteri atau jamur dalam jumlah banyak.
2)      Dugaan IMS lain telah disingkirkan atau diobati, namun tidak berhasil (khususnya bila rabas vagina berbau – busuk, mukopurulen yang menunjukkan gonore atau klamidia).
3)      Terjadi disuria dan sering berkemih, dugaan ISK serta uretritis telah disingkirkan.
4)       Terdapat servisitis.
5)       Hasil Pap smear menunjukkan klamidia.
6)      Terdapat riwayat klamidia baru – baru ini, khususnya yang disertai gejala.
7)      Pasangan pasien menderita uretritis yang bukan disebabkan gonokokus

Uji semua pasien Obgin yang bans dan mereka yang diduga, atau terpajan klamidia.
1)      kultur jaringan spesifik
a)      Sediakan peralatan kultur klamidia.
b)      Lakukan apusan pada zona transisional serviks.
c)      Lakukan apusan area dengan tekanan; tindakan ini penting agar sel-sel epitel yang terkumpul cukup.
d)     Gunakan apusan dakron yang tersedia dalam kotak alat; apusan kapas bersifat toksik bagi klamidia. e. Dapatkan basil dalam 72 jam.
2)      Uji deteksi cepat untuk antigen klamidia
a)      Nilai prediksi positif 100%; nilai prediksi negatif 94-98%.
b)      Uji dapat dilakukan di klinik. Apusan servik4dibawa dengan apusan yang tersedia dalam kotak alat. c. Hasil uji siap dibaca dalam 1/2 jam.
Sebelum memulai pengobatan, lakukan uji laboratorium penelitian penyakit kelamin (vetteral disease research laboratory, VDRL) untuk uji kultur sifilis dan gonore bila salah satu penyakit belum disingkirkan.
Obati klamidia sebagai berikut:
1.      Wanita tidak hamil dan tidak menyusui.
a)      Zithtromax (azitromisin), 1 g per oral dalam dosis tunggal
b)      Doksisiklin, 100 mg, 1 tablet per oral 2 kali/hari selama 7 hari
c)      Ofloksasin, 400 mg 2 kali sehari selama 7 hari
2.      Wanita hamil atau menyusui
a)      Zithtromax (azitromisin), 1 g per oral dalam dosis tunggal
b)      Eritromisin, 500 mg, 1 tablet per oral 4 kali/hari selama 7-10 hari
Rujuk pasangan pasien untuk terapi. Peringatkan pasien dan pasangannya untuk tidak melakukan hubungan seksual sementara masih dalam pengobatan untuk mencegah reinfeksi. Bila pasangan dan pasien tidak mampu untuk menunggu uji kesembuhan (test of cure, TOC), anjurkan untuk mengenakan kondom.

Dianjurkan kultur serviks ulang untuk TOC 6 minggu setelah terapi.
a)      Bila pasien hamil, periksa ulang serviks dan ulangi kultur pada usia 34 – 36 minggu taksiran usia kehamilan.
b)      Bila kultur tetap positif, periksa hal-hal berikut:Kepatuhan klien terhadap pengobatan dan terapi pasangan
c)      Ulangi terapi dengan obat yang berbeda.
e.       cara penularan
Bakteri Chlamydia trachomatis berada dalam cairan mani dan vagina orang yang memiliki infeksi. Klamidia dengan mudah ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui kontak seksual. Siapa pun yang secara seksual aktif dapat mendapatkan dan menyebarkannya. Penularan dari ibu ke bayi selama proses kelahiran juga dapat terjadi. Klamidia tidak ditularkan melalui kontak biasa.
f.       komplikasi
Chlamydia dapat menyebar dan menimbulkan gangguan kesehatan jangka panjang jika tidak ditangani dengan tepat. Berikut ini adalah beberapa komplikasi chlamydia yang dapat terjadi pada pasien pria.
·         Epididimitis, yaitu peradangan dan pembengkakan pada epididimis yang merupakan bagian dari sistem reproduksi pria dan saluran untuk mengalirkan sperma dari testikel. Penyakit ini dapat menimbulkan rasa sakit. Jika tidak segera ditangani, cairan atau bahkan nanah akan keluar. Dan jika sudah parah, kemandulan bisa terjadi.
·         Reactive arthritis, yaitu peradangan pada persendian yang kebanyakan dialami oleh pria dibandingkan wanita. Obat antiinflamasi nonsteroid (misalnya ibuprofen) bisa digunakan untuk mengatasi gejala dari kondisi ini. Biasanya gejala akan membaik dalam waktu kurang lebih enam bulan, namun bisa saja kembali kembali.
·         Uretritis, yaitu peradangan pada saluran pembuangan urine atau uretra. Kondisi ini biasanya ditandai dengan gejala seperti sering atau tidak mampu menahan buang air kecil, terasa sakit atau perih saat buang air kecil, kulup atau ujung penis mengalami iritasi dan terasa sakit, dan ujung penis mengeluarkan cairan kental berwarna putih.
Sedangkan pada wanita, beberapa komplikasi yang dapat terjadi akibat chlamydia adalah:
·         Cervicitis, yaitu peradangan pada leher rahim atau serviks. Gejala kondisi ini bisa berupa sakit pada perut bagian bawah, sakit saat berhubungan seksual, perdarahan saat atau usai berhubungan seksual, dan perdarahan di antara masa menstruasi.
·         Penyakit radang panggul, yaitu infeksi pada ovarium, rahim dan tuba fallopi. Jika tidak ditangani, kondisi ini bisa meningkatkan risiko kehamilan ektopik atau pertumbuhan janin di luar rahim dan keguguran. 90 persen kasus PID disebabkan oleh komplikasi chlamydia dan gonore yang tidak terobati dengan baik. Radang panggul bisa diobati dengan menggunakan antibiotik.
·         Komplikasi kehamilan. Wanita hamil yang menderita chlamydia dapat menulari janinnya jika tidak melakukan pengobatan. Apabila ini terjadi, bayi di dalam kandungan bisa mengalami infeksi mata dan paru-paru. Chlamydia juga dapat meningkatkan risiko bayi lahir secara prematur atau dengan berat badan yang rendah.
·         Bartholinitis atau pembengkakan kelenjar Bartholin (kelenjar yang memproduksi cairan pelumas saat wanita berhubungan seksual). Kista kelenjar Bartholin dapat terbentuk jika kelenjar tersumbat dan mengalami infeksi. Selain itu, kondisi ini juga bisa menyebabkan abses atau penimbunan nanah yang terasa sakit atau perih saat disentuh, berwarna merah, dan menimbulkan demam.
·         Salpingitis, yaitu peradangan pada tuba fallopi yang menyebabkan sel telur dari ovarium sulit untuk menuju rahim dan membuat pasien lebih sulit untuk hamil. Risiko mengalami kehamilan ektopik atau kehamilan di luar rahim akan meningkat, meskipun tuba fallopi hanya tersumbat sebagian.

C.    KANDIDIASIS
a.       pengertian
Kandidiasis adalah infeksi jamur yang disebabkan oleh ragi yang termasuk dalam genus Candida. Terdapat lebih dari 20 spesies Candida yang dapat menyebabkan infeksi pada manusia, dan yang paling sering adalah Candida albicans. Berdasarkan daerah infeksi kandidiasis dapat menyerang beberapa daerah berikut: Candida yang berkembang di daerah mulut atau tenggorokan yang disebut dengan Kandidiasis orofaringeal. Candida yang berkembang di daerah vagina dan vulva yang disebut dengan Kandidiasis vulvovaginal Candida yang memasuki aliran darah dan menyebar ke seluruh tubuh yang disebut dengan Kandidiasis invasif
Bersumber dari:
Kandidiasis : Gejala, Penyebab, dan Pengobatan - Mediskus

b.      penyebab
Kandidiasis merupakan penyakit yang terjadi akibat adanya jamur didalam tubuh kita. Jamur tersebut ialah jamur Candida Albicans. Jamur ini terdapat dalam tubuh kita bisa karena ditularkan atau tertular secara langsung ataupun tidak langsung. Kandidiasis merupakan penyakit yang tidak mengenal jenis umur, penyakit ini menyerang siapapun dalam jenjang umur yang beragam. Penyakit kandidiasis ini lebih senang menyerang pada musim hujan atau di daerah yang lembab karena jamur akan tumbuh subur pada daerah atau suhu yang lembab. Berikut ini beberapa penyebab seseorang terserang penyakit kandidiasis :
·         Jamur
Penyebab paling umun dari penyakit kandidiasis adalah jamur. Jamur ini menyerang tubuh manusia sehingga menyebabkan terjadinya penyakit kandidiasis. Jamur yang menyerang yaitu Candida Albicans. Jika jamur ini menyerang bagian mulut maka disebut dengan thrush, sedangkan jika menyerang bagian lebih dalam yaitu tenggorokan maka disebut dengan esofagitis. Penyakit ini juga bisa menyebabkan keretakan pada ujung mulut yang disebut dengan kheilitis angularis.
Jika terjadi kheilitis angularis ini maka pada mulut terjadi seperti sariawan tetai sebenarnya berbeda. Orang awam sering susah membedakannya sehingga kadang salah pengobatan, maka harus mengenali terlebih dahulu gejala-gejala lain yang terjadi. Jika jamur ini menyerang pada vagina maka disebut dengan vaginitis. Penyerangan pada vagini merupakan yang paling sering terjadi.
·         Pil
Mengonsumsi pil seringkali memberikan efek samping. Salah satu efek samping yang dapat terjadi dari mengkonsumsi pil yaitu berkembangnya jamur atau penyakit yang sebenarnya sudah ada didalam tubuh tetapi belum begitu parah. Sebenarnya bukan pil yang menyebabkan terjadinya penyakit kandidiasis tetapi pil dapat memicu terjadinya penyakit kandidiasis ini. Hati-hati dengan mengkonsumsi pil. Baca aturan pakai serta konsultasikan ke dokter jika anda akan mengkonsumsi obat atau pil.
·         Diabetes
Diabetes merupakan penyakit yang terlalu banyak kadar gula di dalam tubuh. orang yang mengidap diabetes juga akan mudah terserang penyakit kandidiasis. Diabetes akan memicu timbulnya kandidiasis pada tubuh karena sistem imun pada orang yang mengalami diabetes akan lebih lemah dibanding dengan orang yang sehat. Sistem imun akan sangat mempengaruhi tumbuhnya jamur sehingga menyebabkan kandidiasis.
·         Haid (menstruasi)
Kandidiasis sring menyerang daerah vagina karena daerah ini sering lembab. Apalagi bagi orang yang sedang haid atau datang bulan atau menstruasi sangat udah terserang oleh penyakit kandidiasis karena keadaan vagina lembab. Darah kotor yang keluar dari vagina yang disebut menstruasi akan memicu lembabnya daerah vagina sehingga kelembaban ini akan memicu timbulnya jamur yang bisa menyebabkan penyakit kandidiasis. Jika anda sedang menstruasi atau haid sering-sering mengganti pembalut agar terhindar dari jamur yang dapat memicu timbulnya penyakit kandidiasis.
·         Kehamilan
Saat seorang wanita sedang hamil tentu saja daerah vagina merupakan daerah yang sangat penting dijaga kesehatannya. Saat hamil seorang wanita lebih sering buang air kecil sehingga daerah vagina sering lembab. Hal ini akan mengalami resiko terkena kandidiosis lebih tinggi jika kelembababan pada vagina tidak segera dikeringkan dan diatasi dengan baik.
·         Penggunaan steroid atau antibiotik
Konsumsi obat antibiotik memang baik agar penyakit tidak mudah masuk kedalam tubuh sehingga tubuh tidak mudah sakit, tetapi mengkonsumsi dengan jumlah banyak atau terlalu sering tentunya akan memberikan dampak yang tidak baik. Mengkonsumsi obat jenis antibiotik dapat menyebabkan dan memicu kandidiasis.
·         Sistem imun yang rendah
Orang yang memiliki sistem imun atau kekebalan tubuh yang rendah tentunya akan mudah terserang penyakit dibanding orang yang mempunyai sistem imun kuat. Sistem imun yang rendah tidak mampu melawan penyakit atau jamur pada penyakit kandidiasis sehingga tubuh kalah dan terserang penyakit kandidiasis.
·         Menular melalui hubungan sex
Kandidiasis dapat menular melalui sex atau hubungan badan. Kandidiasis yang mengidap pada seseorang ketika seseorang tersebut berhubungan badan dengan orang lain, maka orang lain tersebut dapat tertular penyakit kandidiasis. Maka berhati-hatilah dan jangan melakukan hubungan badan secara berganti-ganti pasangan.

c.       Gejala Klinis
kandida biasanya hidup di kulit dan membran mukosa tanpa menyebabkan infeksi. Namun pertumbuhannya yang berlebihan dapat menyebabkan berkembangnya gejala penyakit. Kandidiasis dapat menimbulkan gejala yang bervariasi tergantung pada daerah tubuh yang terinfeksi.
·         Kandidiasis orofaringeal menimbulkan gejala berupa bercak putih atau plak di lidah dan selaput lendir mulut. Gejala tersebut dapat disertai kemerahan, nyeri, sulit menelan, dan cracking di sudut mulut (cheilitis angular).
·         Kandidiasis vulvovaginal menimbulkan gejala berupa rasa gatal dan terbakar di sekitar alat vital, serta keputihan berupa gumpalan putih dan terkadang bewarna seperti keju. Kandidiasis genital juga bisa menyerang pria dan menimbulkan gejala gatal dan kemerahan di sekitar miss P.
·         Kandidiasis invasif menimbulkan gejala berupa demam dan menggigil, yang tidak membaik setelah pengobatan dengan antibiotik. Gejala yang spesifik bisa berkembang ketika infeksi telah menyebar ke bagian tubuh lain, seperti jantung, otak, mata, tulang, atau sendi.


d.      Penatalaksanaan
Penatalaksanaan untuk kandidiasis antara lain :
·         Menghindari atau menghilangkan faktor predisposisi,
·         Topikal, Obat topical untuk kandidiasis meliputi:
a.       Larutan ungu gentian ½-1% untuk selaput lendir, 1-2% untuk kulit, dioleskan sehari 2 kali selama 3 hari,
b.      Nistatin: berupa krim, salap, emulsi,
c.       Amfoterisin B,
d.      Grup azol antara lain:
1)      Mikonazol 2% berupa krim atau bedak
2)      Klotrimazol 1% berupa bedak, larutan dan krim
3)      Tiokonazol, bufonazol, isokonazol
4)      Siklopiroksolamin 1% larutan, krim      
5)      Antimikotik yang lain yang berspektrum luas
·         Sistemik
a.       Tablet nistatin untuk menghilangkan infeksi fokal dalam saluran cerna, obat ini tidak diserap oleh usus.
b.      Amfoterisin B diberikan intravena untuk kandidosis sistemik
c.      Untuk kandidosis vaginalis dapat diberikan kotrimazol 500 mg per vaginam dosis tunggal, sistemik dapat diberikan ketokonazol 2 x 200 mg selama 5 hari atau dengan itrakonazol 2 x 200 mg dosis tunggal atau dengan flukonazol 150 mg dosis tunggal.
d.      Itrakonazol bila dipakai untuk kandidosis vulvovaginalis dosis untuk orang dewasa 2 x 100 mg sehari selama 3 hari.
·         Khusus:
1.   Kandidiasis intertriginosa : pengobatan ditujukan untuk menjaga kulit tetap kering dengan penambahan bedak nistatin topikal, klotrimazol atau mikonazol 2 kali sehari. Pasien dengan infeksi yang luas ditambahkan dengan flukonazol oral 100 mg selama 1-2 minggu atau itrokonazol oral 100 mg 1-2 minggu.
 2.     Diaper disease : Mengurangi waktu area diaper terpapar kondisi panas dan lembab. Pengeringan udara, sering mengganti diaper dan selalu menggunakan bedak bayi atau pasta zinc oxide merupakan tindakan pencegahan yang adekuat. Terapi topikal yang efektif yaitu dengan nistatin, amfoterisin B, mikonazol atau klotrimazol.
3.      Paronikia : pengobatan dengan obat topikal biasanya tidak efektif tetapi dapat dicoba untuk paronikia kandida yang kronis. Solusio kering atau solusio antifungi dapat digunakan.Terapi oral yang dianjurkan dengan itrakonazol atau terbinafin.

Grup azole adalah obat antimikosis sintetik yang berspektrum luas. Termasuk ketokonazol, mikonazol, flukonazol, itrakonazol dan ekonazol. Mekanisme kerja dari grup azole adalah menghambat sintesis dari ergosterol mengubah cairan membran sel dan mengubah kerja enzim membran. Hasilnya  dalam penghambatan replikasi dan penghambatan transformasi bentuk ragi ke bentuk hifa yang merupakan bentuk invasive dan patogenik dari parasit.
Nistatin dan amfoterisin adalah polyene yang aktif melawan beberapa fungi tapi hanya bekerja sedikit pada sel mamalia dan tidak bekerja pada bakteri. Obat ini mengikat membrane sel dan menghalangi fungsi permeabilitas dan transport.
Terbinafine adalah alinamine yang merupakan fungisida jangkauan yang luas pada kulit pathogen. Obat ini menghambat epoxidase yang terlibat dalam sintesis ergosterol dari bagian dinding sel jamur.


e.       cara penularan
Cara Penularan yaitu karena kontak sekret atau ekskret dari mulut, kulit, vagina dan tinja, dari penderita ataupun “carrier”, atau tertulari melalui jalan lahir pada saat bayi dilahirkan; penularan endogen.

f.       komplikasi
Adapun komplikasi kandidiasis yang bisa terjadi, antara lain :
1.      Rekurens atau infeksi berulang kandida pada kulit
2.      Infeksi pada kuku yang mungkin berubah menjadi bentuk yang aneh dan mungkin menginfeksi daerah di sekitar kuku
3.      Candidiasis tersebar   pada tubuh yang kekebalan tubuhnya kurang
4.      Candida albicans yang bermetastase dapat menjalar ke esofagus, usus halus, usus besar dan anus. Infeksi sistemik lainnya berupa abses hati dan otak.










BAB III
PENUTUP



A.    Kesimpulan
IMS (Infeksi Menular Seksual) merupakan salah satu penyakit yang mudah ditularkan melalui hubungan seksual, dengan ciri khas adanya penyebab dan kelainan yang terjadi terutama di daerah genital. IMS sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia, baik di negara maju (industri) maupun di negara berkembang
Dalam kasus ini bidan berperan sebagai :
1. Sebagai pelaksana, yaitu memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang penyakit cadidiasis baik dari morfologinya, jenis-jenis penyakitnya, cara penularan, sampai pengobatannya
2. Sebagai pendamping, yaitu seorang bidan harus mampu mendampingi pasien baik dengan memberikan pelayanan kesehatan maupun dukungan moral pada pasien
3. Sebagai pendidik, yaitu seorang bidan memberikan penjelasan tentang bahaya penyakit Kandidiasis baik secara tertulis maupun lisan

B.     Saran
Sebagai saran dari penulis semoga setelah membaca makalah ini kita semua dapat mengerti tentang apa yang dimaksud dengan IMS ( Infeksi Menular Seksual ), dan dapat melakukan berbagai tindak pencegahan, karna ini merupakan kewajiban kita semua untuk mengurangi tingkat kejadian pada penyakit mematikan tersebut. Menghindari tindakan seks bebas, meberikan pengetahuan pada seluru remaja agar menghindari tidakan yang tidak bermoral tersebut karna dapat merusak masa depan mereka dan dapat menjadi penyesalah seumur hidup.






DAFTAR PUSTAKA

Asep Sjaiful Daili , dkk. Infeksi Menular Seksual Edisi 4.Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta .EGC ; 2009 .
FKUI. 1999. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 1. FKUI : Jakarta.
Saifuddin, Abdul Bari. 2010. ILMU KEBIDANAN. Edisi IV. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

MAKALAH IMS : KONDILOMA AKUMINATA, KLAMIDIA, KANDIDIASIS

BAB I PENDAHULUAN A.     LATAR BELAKANG infeksi menular seksual adalah penyakit yang disebarkan oleh hubungan seks, ditularkan ...