BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
infeksi
menular seksual adalah penyakit yang disebarkan oleh hubungan seks, ditularkan
dari orang yang memiliki IMS juga. Sebelumnya infeksi menular seksual (IMS)
disebut sebagai penyakit menular seksual (PMS). Perubahan ini disesuaikan
dengan kebijakan Organisasi Kesehatan Dunia/ WHO pada tahun 1998.
Penyakit
menular seksual atau PMS, kini dikenal dengan istilah infeksi menular seksual
atau IMS, adalah penyakit atau infeksi yang umumnya ditularkan melalui hubungan
seks yang tidak aman. Penyebaran bisa melalui darah, sperma, cairan vagina,
atau pun cairan tubuh lainnya. Selain itu, penyebaran tanpa hubungan seksual
juga bisa terjadi dari seorang ibu kepada bayinya, baik saat mengandung atau
ketika melahirkan. Pemakaian jarum suntik secara berulang atau bergantian di
antara beberapa orang juga berisiko menularkan infeksi.
Ada
banyak jenis infeksi menular seksual (IMS), beberapa diantaranya yang akan kita
bahas disini adalah kondiloma akuminta, klamidia, dan kandidiasis.
B. TUJUAN PENULISAN
a. Untuk
mengetahui infeksi menular sesual kondiloma akuminata
b. Untuk
mengetahui infeksi menular sesual klamidia
c. Untuk
mengetahui infeksi menular sesual kandidiasis
BAB
II
ISI
A. KONDILOMA AKUMINATA
a. Pengertian
Kutil Genitalis atau dengan nama
lain Kondiloma Akuminata merupakan kutil di dalam atau di sekeliling vagina,
penis
atau dubur, yang ditularkan melalui hubungan seksual.
Kondiloma akuminatum ialah
vegetasi oleh Human Papiloma Virus tipe tertentu, bertangkai, dan permukaannya
berjonjot. Tipe HPV tertentu mempunyai potensi onkogenik yang tinggi, yaitu
tipe 16 dan 18. tipe ini merupakan jenis virus yang paling sering dijumpai pada
kanker serviks. Sedangkan tipe 6 dan 11 lebih sering dijumpai pada kondiloma
akuminatum dan neoplasia intraepitelial serviks derajat ringan.
Kutil genitalis sering ditemukan
dan menyebabkan kecemasan karena:
·
Tidak enak dilihat,
·
Bisa terinfeksi bakteri
·
Bisa merupakan petunjuk adanya gangguan sistem
kekebalan.
·
Kadang gatal
b. Penyebab
Penyebab penyakit ini adalah virus
papilloma.Pada wanita, virus papiloma tipe 16 dan 18, yang menyerang leher
rahim tetapi tidak menyebabkan kutil pada alat kelamin luar dan bisa
menyebabkan kanker leher rahim. Virus tipe ini dan virus papiloma lainnya bisa
menyebabkan tumor intra-epitel pada leher rahim (ditunjukkan dengan hasil
Pap-smear yang abnormal) atau kanker pada vagina, vulva, dubur, penis,mulut,
tenggorokan atau kerongkongan.
c. Gejala
klinis
1) Terdapat
papul atau tumor (benjolan), dapat soliter (tunggal) atau multipel (banyak)
dengan permukaan yang verukous atau mirip jengger ayam.
2) Terkadang
penderita mengeluh nyeri. Jika timbul infeksi sekunder berwarna kemerahan akan
berubah menjadi keabu-abuan dan berbau tidak sedap
3) Umumnya di daerah lipatan yang lembab pada
genitalia eksterna. Pada pria, misalnya di: perineum dan sekitar anus, sulkus
koronarius, gland penis, muara uretra eksterna, prepusium, korpus dan pangkal
penis. Pada wanita, misalnya di: vulva dan sekitarnya, introitus vagina, labia
mayor, labia minor, terkadang pada porsio uteri.
d. Penatalaksanaan
1) Tutul
(olesi sedikit) dengan tinctura podofilin 20-25% (ini tidak boleh diberikan
pada wanita hamil, karena dapat terjadi kematian fetus/janin).
2) Pada
wanita hamil, tutul dengan asam triklorasetat (TCA) 80-90%. Atau digunakan
larutan dengan konsentrasi 50%, dioleskan setiap minggu.
3) Salep
5-fluorurasil 1-5% diberikan setiap hari sampai lesi hilang.
4) Bedah
listrik (elektrokauterisasi).
5) Bedah
beku dengan nitrogen cair.
6) Bedah skalpel.
7) Laser karbondioksida.
8) Interferon (suntikan i.m. atau intralesi) atau
topikal (krim). a) Interferon alfa
diberikan dengan dosis 4-6 mU i.m. 3 x seminggu selama 6 minggu atau
dengan dosis 1-5 mU i.m. selama 6 minggu. b) Interferon beta diberikan dengan dosis 2x10 g unit i.m. selama 10 hari berturut-turut.
dengan dosis 1-5 mU i.m. selama 6 minggu. b) Interferon beta diberikan dengan dosis 2x10 g unit i.m. selama 10 hari berturut-turut.
9) Pada
pria yang tidak dikhitan (disunat) dapat dilakukan eksisi dan sirkumsisi
(khitan).
e. Cara
penularan
Cara yang
paling umum HPV dapat ditularkan dari orang ke orang adalah selama hubungan
seksual. Bentuk lain dari aktivitas seksual di mana HPV dapat ditularkan dari
orang ke orang termasuk seks oral, seks anal, dan non-penetrasi genital ke
kontak kelamin. Selain itu penyakit ini juga bisa menular ke janin atau bayi
dari ibu yang telah terinfeksi sebelumnya, dan resiko mengembangkan karsinoma
sel skuamosa.
HPV
dapat menembus sel-sel basal epidermis. Hal ini dapat mengaktifkan pembentukan
protein, meningkatkan sel-sel proliferasi, penebalan lapisan yang keras
sehingga dapat menimbulkan papillomatosa.
Pertumbuhan
penyakit ini mula–mula kecil, kemudian cenderung berkelompok dan menyatu
membentuk suatu benjolan yang besar yang menyerupai bunga kol seperti jengger
ayam atau brokoli.
Dimana
virus ini memiliki masa inkubasi Kondiloma akuminata berlangsung antara 1-8
bulan (rata-rata 2-3 bulan). HPV masuk ke dalam tubuh melalui mikrolesi pada
kulit, sehingga kondiloma akuminata sering timbul di daerah yang mudah
mengalami trauma pada saat hubungan seksual. Pada pria, tempat yang sering
terkena adalah glans penis, sulkus koronarius, frenulum dan batang penis,
sedang pada wanita adalah fourchette posterior, vestibulum, dll.
HPV yang
masuk melalui mikro lesi pada kulit, biasanya pada daerah kelamin dan melakukan
penetrasi pada kulit sehingga menyebabkan abrasi permukaan epitel.
Human
Papilloma Virus adalah epiteliotropik ; yang sifatnya mempunyai afinitas tinggi
pada sel-sel epitel. Replikasinya tergantung pada adanya diferensiasi epitel
skuamosa. Virus DNA (Deoxyribonucleic Acid) dapat ditemukan pada lapisan terbawah
dari epitel. Protein kapsid dan virus infeksius ditemukan pada lapisan
superfisial sel-sel yang berdiferensiasi. HPV dapat masuk ke lapisan basal,
menyebabkan respon radang. Pada wanita menyebabkan keputihan dan infeksi
mikroorganisme. HPV yang masuk ke lapisan basal sel epidermis dapat mengambil
alih DNA dan mengalami replikasi yang tidak terkendali. Fase laten virus
dimulai dengan tidak adanya tanda dan gejala yang dapat berlangsung sebulan
bahkan setahun. Setelah fase laten, produksi virus DNA, kapsid dan partikel
dimulai. Sel dari tuan rumah menjadi infeksius dari struktur koilosit atipik
dari kondiloma akuminata (morphologic atypical koilocytosis of condiloma
acuminate) berkembang. Lamanya inkubasi sejak pertama kali terpapar virus
sekitar 3 minggu sampai 8 bulan atau dapat lebih lama. HPV yang masuk ke sel
basal epidermis ini dapat menyebabkan nodul kemerahan di sekitar genitalia.
Penumpukan nodul merah ini membentuk gambaran seperti bunga kol. Nodul ini bisa
pecah dan terbuka sehingga terpajan mikroorganisme dan bisa terjadi penularan
karena pelepasan virus bersama epitel. HPV yang masuk ke epitel dapat
menyebabkan respon radang yang merangsang pelepasan mediator inflamasi yaitu
histamin yang dapat menstimulasi saraf perifer. Stimulasi ini menghantarkan
pesan gatal ke otak dan timbul impuls elektrokimia sepanjang nervus ke dorsal
spinal cord kemudian ke thalamus dan dipersepsikan sebagai rasa gatal di
korteks serebri. Pada wanita yang terinfeksi HPV dapat menyebabkan keputihan
dan disertai infeksi mikroorganisme yang berbau, gatal dan rasa terbakar
sehingga tidak nyaman pada saat melakukan hubungan seksual.
f. Komplikasi
Seperti
beberapa penyakit lainnya, Kondiloma akuminata juga akan menimbulkan komplikasi
berupa penyakit yang lebih besar dan lebih berbahaya.
1. Kanker
Komplikasi
pertama yang ditimbulkan dari Kondiloma akuminata adalah kanker serviks yang
berkaitan dengan infeksi HPV genital. Selain itu juga berhubungan dengan
beberapa kanker lain seperti kanker vulva, kanker penis, kanker anus serta kanker
mulut dan tenggorokan.
2. Masalah
Kehamilan
Kondiloma
akuminata juga akan menyebabkan masalah atau gangguan pada masa kehamilan.
Kutil ini bisa berubah bertambah besar dan penderita akan kesulitan saat akan
buang air kecil.
3. Berkurangnya
Kemampuan Meregang
Kondiloma
akuminata juga akan membuat vagina akan mengalami penurunan peregangan saat
akan melahirkan. Kutil yang berukuran besar di area vagina ini akan berdarah
pada saat terjadi peregangan selama proses melahirkan.
4. Menular
Pada Bayi
Jika
seorang wanita melahirkan di saat mengalami Kondiloma akuminata, maka bisa
tertular yang umumnya akan terjadi pada tenggorokan bayi sehingga membutuhkan
pembedahan untuk memastikan jika jalur napas tidak tersumbat oleh kutil
tersebut
B. KLAMIDIA
a. pengertian
Chlamydia adalah penyakit menular
seksual yang ditularkan melalui hubungan seks tanpa menggunakan kondom.
Penyakit ini bisa menjangkiti pria dan wanita dalam segala usia. Namun sebagian
besar kasus chlamydia dialami oleh wanita berusia muda yang aktif secara
seksual. Penyakit ini bisa menimbulkan gangguan kesehatan yang lebih serius
jika tidak segera ditangani dengan tuntas.
b. Penyebab
Chlamydia disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis. Bakteri
ini ditularkan oleh penderita melalui hubungan seksual tanpa menggunakan
kondom. Penularan chlamydia bisa melalui seks oral, anal, vaginal, dan saling
bersentuhannya alat kelamin. Selain itu, chlamydia juga bisa menular melalui
alat bantu seks yang tidak dilapisi dengan kondom atau tidak dicuci sampai
bersih setelah digunakan.
Berhubungan
seksual dengan banyak orang atau berganti-ganti pasangan, dapat meningkatkan
risiko terjangkit chlamydia.
Beberapa
faktor lain yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena chlamydia adalah:
·
Pernah
mengidap penyakit menular seksual.
·
Memiliki
lebih dari satu pasangan seksual/berganti-ganti pasangan.
·
Berhubungan
seksual tanpa menggunakan kondom.
·
Aktif
secara seksual sebelum usia 18 tahun.
Chlamydia tidak menular melalui beberapa hal berikut ini:
·
Pelukan
·
Dudukan
toilet
·
Menggunakan
peralatan makan yang sama dengan penderita
·
Berbagi
handuk dengan penderita
·
Ciuman
·
Berenang
di kolam renang yang sama
·
Mandi
di kamar mandi yang sama
Ibu
penderita chlamydia bisa menularkan infeksi pada bayi yang dilahirkannya dan
menyebabkan mata menjadi bengkak dan mengeluarkan cairan atau yang disebut
dengan konjungtivitis. Oleh karena itu, ketika merencanakan kehamilan atau pada
saat awal kehamilan, pastikan Anda tidak sedang mengalami infeksi ini dan jika
positif, obati secepat mungkin.
c. Gejala
Klinis
Sebagian
besar penderita chlamydia tidak merasakan gejala apa pun saat awal tertular
penyakit ini. Namun setelah 1 sampai 3 pekan, biasanya gejala baru akan muncul.
Meskipun sudah muncul, gejala chlamydia seringkali diabaikan karena biasanya
tidak parah dan segera berlalu. Gejala yang dialami oleh pria berbeda dengan
wanita. Satu-satunya gejala yang bisa dialami oleh keduanya adalah rasa sakit
ketika buang air kecil.
Setengah dari pria penderita
chlamydia tidak merasakan gejala penyakit ini, dan sisanya lagi mengalaminya.
Gejala yang muncul bisa berupa rasa sakit pada testikel, sensasi terbakar atau
gatal pada saat berkemih, dan keluarnya cairan berwarna putih kental atau encer
dari ujung penis. Infeksi masih terjadi dan bisa ditularkan walau gejala yang dialami
sudah hilang.
Sedangkan pada wanita, persentase
yang tidak mengalami gejala adalah sekitar 70 persen, dan sisanya yaitu 30
persen mengalami gejala. Gejala yang muncul dapat berupa perdarahan
ketika atau setelah selesai melakukan hubungan seks dan keluarnya cairan
yang tidak biasa dari vagina. Selain itu, ada juga yang mengalami menstruasi
lebih berat dari biasanya, perdarahan di antara masa menstruasi, dan rasa sakit
pada perut bagian bawah.
Chlamydia tidak hanya menginfeksi
alat kelamin, tapi bisa juga menjangkiti mata dan menyebabkan terjadinya
konjungtivitis jika cairan vagina atau sperma yang terinfeksi terkena mata.
Mata yang terinfeksi akan terasa perih, bengkak, teriritasi, dan mengeluarkan
cairan. Anus juga bisa terinfeksi dan menyebabkan perdarahan, keluar cairan,
serta rasa sakit dan tidak nyaman.
Segera temui dokter jika Anda atau pasangan Anda mengalami
gejala seperti yang disebutkan di atas.
d. Penatalaksanaan
Curigai adanya klamidia
pada kondisi berikut:
1) Jumlah
sel darah putih (SDP) terlalu banyak untuk dihitung pada slide sediaan basah
tanpa disertai bakteri atau jamur dalam jumlah banyak.
2) Dugaan
IMS lain telah disingkirkan atau diobati, namun tidak berhasil (khususnya bila
rabas vagina berbau – busuk, mukopurulen yang menunjukkan gonore atau
klamidia).
3) Terjadi
disuria dan sering berkemih, dugaan ISK serta uretritis telah disingkirkan.
4) Terdapat servisitis.
5) Hasil Pap smear menunjukkan klamidia.
6) Terdapat
riwayat klamidia baru – baru ini, khususnya yang disertai gejala.
7) Pasangan
pasien menderita uretritis yang bukan disebabkan gonokokus
Uji
semua pasien Obgin yang bans dan mereka yang diduga, atau terpajan klamidia.
1) kultur
jaringan spesifik
a) Sediakan
peralatan kultur klamidia.
b) Lakukan
apusan pada zona transisional serviks.
c) Lakukan
apusan area dengan tekanan; tindakan ini penting agar sel-sel epitel yang
terkumpul cukup.
d) Gunakan
apusan dakron yang tersedia dalam kotak alat; apusan kapas bersifat toksik bagi
klamidia. e. Dapatkan basil dalam 72 jam.
2) Uji
deteksi cepat untuk antigen klamidia
a) Nilai
prediksi positif 100%; nilai prediksi negatif 94-98%.
b) Uji
dapat dilakukan di klinik. Apusan servik4dibawa dengan apusan yang tersedia
dalam kotak alat. c. Hasil uji siap dibaca dalam 1/2 jam.
Sebelum
memulai pengobatan, lakukan uji laboratorium penelitian penyakit kelamin
(vetteral disease research laboratory, VDRL) untuk uji kultur sifilis dan
gonore bila salah satu penyakit belum disingkirkan.
Obati
klamidia sebagai berikut:
1. Wanita
tidak hamil dan tidak menyusui.
a) Zithtromax
(azitromisin), 1 g per oral dalam dosis tunggal
b) Doksisiklin,
100 mg, 1 tablet per oral 2 kali/hari selama 7 hari
c) Ofloksasin,
400 mg 2 kali sehari selama 7 hari
2. Wanita
hamil atau menyusui
a) Zithtromax
(azitromisin), 1 g per oral dalam dosis tunggal
b) Eritromisin,
500 mg, 1 tablet per oral 4 kali/hari selama 7-10 hari
Rujuk
pasangan pasien untuk terapi. Peringatkan pasien dan pasangannya untuk tidak
melakukan hubungan seksual sementara masih dalam pengobatan untuk mencegah
reinfeksi. Bila pasangan dan pasien tidak mampu untuk menunggu uji kesembuhan
(test of cure, TOC), anjurkan untuk mengenakan kondom.
Dianjurkan kultur serviks ulang untuk TOC 6 minggu setelah terapi.
Dianjurkan kultur serviks ulang untuk TOC 6 minggu setelah terapi.
a) Bila
pasien hamil, periksa ulang serviks dan ulangi kultur pada usia 34 – 36 minggu
taksiran usia kehamilan.
b) Bila
kultur tetap positif, periksa hal-hal berikut:Kepatuhan klien terhadap
pengobatan dan terapi pasangan
c) Ulangi
terapi dengan obat yang berbeda.
e. cara
penularan
Bakteri Chlamydia trachomatis berada
dalam cairan mani dan vagina orang yang memiliki infeksi. Klamidia dengan mudah
ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui kontak seksual. Siapa pun yang
secara seksual aktif dapat mendapatkan dan menyebarkannya. Penularan dari ibu
ke bayi selama proses kelahiran juga dapat terjadi. Klamidia tidak ditularkan
melalui kontak biasa.
f. komplikasi
Chlamydia dapat menyebar dan menimbulkan gangguan kesehatan
jangka panjang jika tidak ditangani dengan tepat. Berikut ini adalah beberapa
komplikasi chlamydia yang dapat terjadi pada pasien pria.
·
Epididimitis, yaitu peradangan dan pembengkakan
pada epididimis yang merupakan bagian dari sistem reproduksi pria dan saluran
untuk mengalirkan sperma dari testikel. Penyakit ini dapat menimbulkan rasa
sakit. Jika tidak segera ditangani, cairan atau bahkan nanah akan keluar. Dan
jika sudah parah, kemandulan bisa terjadi.
·
Reactive
arthritis, yaitu peradangan pada persendian
yang kebanyakan dialami oleh pria dibandingkan wanita. Obat antiinflamasi
nonsteroid (misalnya ibuprofen) bisa digunakan untuk mengatasi gejala dari
kondisi ini. Biasanya gejala akan membaik dalam waktu kurang lebih enam bulan,
namun bisa saja kembali kembali.
·
Uretritis, yaitu peradangan pada saluran
pembuangan urine atau uretra. Kondisi ini biasanya ditandai dengan gejala
seperti sering atau tidak mampu menahan buang air kecil, terasa sakit atau
perih saat buang air kecil, kulup atau ujung penis mengalami iritasi dan terasa
sakit, dan ujung penis mengeluarkan cairan kental berwarna putih.
Sedangkan pada wanita, beberapa komplikasi yang dapat
terjadi akibat chlamydia adalah:
·
Cervicitis, yaitu peradangan pada leher rahim atau serviks. Gejala
kondisi ini bisa berupa sakit pada perut bagian bawah, sakit saat berhubungan
seksual, perdarahan saat atau usai berhubungan seksual, dan perdarahan di
antara masa menstruasi.
·
Penyakit
radang panggul, yaitu infeksi pada ovarium, rahim dan tuba fallopi. Jika
tidak ditangani, kondisi ini bisa meningkatkan risiko kehamilan ektopik atau
pertumbuhan janin di luar rahim dan keguguran. 90 persen kasus PID disebabkan
oleh komplikasi chlamydia dan gonore yang tidak terobati dengan baik. Radang panggul
bisa diobati dengan menggunakan antibiotik.
·
Komplikasi
kehamilan. Wanita
hamil yang menderita chlamydia dapat menulari janinnya jika tidak melakukan
pengobatan. Apabila ini terjadi, bayi di dalam kandungan bisa mengalami infeksi
mata dan paru-paru. Chlamydia juga dapat meningkatkan risiko bayi lahir secara
prematur atau dengan berat badan yang rendah.
·
Bartholinitis atau pembengkakan kelenjar
Bartholin (kelenjar yang memproduksi cairan pelumas saat wanita berhubungan
seksual). Kista
kelenjar Bartholin
dapat terbentuk jika kelenjar tersumbat dan mengalami infeksi. Selain itu,
kondisi ini juga bisa menyebabkan abses atau penimbunan nanah yang terasa
sakit atau perih saat disentuh, berwarna merah, dan menimbulkan demam.
·
Salpingitis, yaitu peradangan pada tuba fallopi yang menyebabkan sel
telur dari ovarium sulit untuk menuju rahim dan membuat pasien lebih sulit
untuk hamil. Risiko mengalami kehamilan ektopik atau kehamilan di luar rahim
akan meningkat, meskipun tuba fallopi hanya tersumbat sebagian.
C. KANDIDIASIS
a. pengertian
Kandidiasis adalah infeksi jamur
yang disebabkan oleh ragi yang termasuk dalam genus Candida. Terdapat lebih
dari 20 spesies Candida yang dapat menyebabkan infeksi pada manusia, dan yang
paling sering adalah Candida albicans. Berdasarkan daerah infeksi kandidiasis
dapat menyerang beberapa daerah berikut: Candida yang berkembang di daerah
mulut atau tenggorokan yang disebut dengan Kandidiasis orofaringeal. Candida
yang berkembang di daerah vagina dan vulva yang disebut dengan Kandidiasis
vulvovaginal Candida yang memasuki aliran darah dan menyebar ke seluruh tubuh
yang disebut dengan Kandidiasis invasif
Bersumber dari: Kandidiasis : Gejala, Penyebab, dan Pengobatan - Mediskus
Bersumber dari: Kandidiasis : Gejala, Penyebab, dan Pengobatan - Mediskus
b. penyebab
Kandidiasis
merupakan penyakit yang terjadi akibat adanya jamur didalam tubuh kita. Jamur
tersebut ialah jamur Candida Albicans. Jamur ini terdapat dalam tubuh kita bisa
karena ditularkan atau tertular secara langsung ataupun tidak langsung.
Kandidiasis merupakan penyakit yang tidak mengenal jenis umur, penyakit ini
menyerang siapapun dalam jenjang umur yang beragam. Penyakit kandidiasis ini
lebih senang menyerang pada musim hujan atau di daerah yang lembab karena jamur
akan tumbuh subur pada daerah atau suhu yang lembab. Berikut ini beberapa
penyebab seseorang terserang penyakit kandidiasis :
·
Jamur
Penyebab
paling umun dari penyakit kandidiasis adalah jamur. Jamur ini menyerang tubuh
manusia sehingga menyebabkan terjadinya penyakit kandidiasis. Jamur yang
menyerang yaitu Candida Albicans. Jika jamur ini menyerang bagian mulut maka
disebut dengan thrush, sedangkan jika menyerang bagian lebih dalam yaitu
tenggorokan maka disebut dengan esofagitis. Penyakit ini juga bisa menyebabkan
keretakan pada ujung mulut yang disebut dengan kheilitis angularis.
Jika
terjadi kheilitis angularis ini maka pada mulut terjadi seperti sariawan
tetai sebenarnya berbeda. Orang awam sering susah membedakannya sehingga kadang
salah pengobatan, maka harus mengenali terlebih dahulu gejala-gejala lain yang
terjadi. Jika jamur ini menyerang pada vagina maka disebut dengan vaginitis.
Penyerangan pada vagini merupakan yang paling sering terjadi.
·
Pil
Mengonsumsi
pil seringkali memberikan efek samping. Salah satu efek samping yang dapat
terjadi dari mengkonsumsi pil yaitu berkembangnya jamur atau penyakit yang
sebenarnya sudah ada didalam tubuh tetapi belum begitu parah. Sebenarnya bukan
pil yang menyebabkan terjadinya penyakit kandidiasis tetapi pil dapat memicu
terjadinya penyakit kandidiasis ini. Hati-hati dengan mengkonsumsi pil. Baca
aturan pakai serta konsultasikan ke dokter jika anda akan mengkonsumsi obat
atau pil.
·
Diabetes
Diabetes
merupakan penyakit yang terlalu banyak kadar gula di dalam tubuh. orang yang
mengidap diabetes juga akan mudah terserang penyakit kandidiasis. Diabetes akan
memicu timbulnya kandidiasis pada tubuh karena sistem imun pada orang yang
mengalami diabetes akan lebih lemah dibanding dengan orang yang sehat. Sistem
imun akan sangat mempengaruhi tumbuhnya jamur sehingga menyebabkan kandidiasis.
·
Haid
(menstruasi)
Kandidiasis
sring menyerang daerah vagina karena daerah ini sering lembab. Apalagi bagi
orang yang sedang haid atau datang bulan atau menstruasi sangat udah terserang
oleh penyakit kandidiasis karena keadaan vagina lembab. Darah kotor yang keluar
dari vagina yang disebut menstruasi akan memicu lembabnya daerah vagina sehingga
kelembaban ini akan memicu timbulnya jamur yang bisa menyebabkan penyakit
kandidiasis. Jika anda sedang menstruasi atau haid sering-sering mengganti
pembalut agar terhindar dari jamur yang dapat memicu timbulnya penyakit
kandidiasis.
·
Kehamilan
Saat
seorang wanita sedang hamil tentu saja daerah vagina merupakan daerah yang
sangat penting dijaga kesehatannya. Saat hamil seorang wanita lebih sering
buang air kecil sehingga daerah vagina sering lembab. Hal ini akan mengalami
resiko terkena kandidiosis lebih tinggi jika kelembababan pada vagina tidak
segera dikeringkan dan diatasi dengan baik.
·
Penggunaan
steroid atau antibiotik
Konsumsi
obat antibiotik memang baik agar penyakit tidak mudah masuk kedalam tubuh
sehingga tubuh tidak mudah sakit, tetapi mengkonsumsi dengan jumlah banyak atau
terlalu sering tentunya akan memberikan dampak yang tidak baik. Mengkonsumsi
obat jenis antibiotik dapat menyebabkan dan memicu
kandidiasis.
·
Sistem
imun yang rendah
Orang
yang memiliki sistem imun atau kekebalan tubuh yang rendah tentunya akan mudah
terserang penyakit dibanding orang yang mempunyai sistem imun kuat. Sistem imun
yang rendah tidak mampu melawan penyakit atau jamur pada penyakit kandidiasis
sehingga tubuh kalah dan terserang penyakit kandidiasis.
·
Menular
melalui hubungan sex
Kandidiasis
dapat menular melalui sex atau hubungan badan. Kandidiasis yang mengidap pada
seseorang ketika seseorang tersebut berhubungan badan dengan orang lain, maka
orang lain tersebut dapat tertular penyakit kandidiasis. Maka berhati-hatilah
dan jangan melakukan hubungan badan secara berganti-ganti pasangan.
c. Gejala
Klinis
kandida biasanya hidup di kulit dan
membran mukosa tanpa menyebabkan infeksi. Namun pertumbuhannya yang berlebihan
dapat menyebabkan berkembangnya gejala penyakit. Kandidiasis dapat menimbulkan
gejala yang bervariasi tergantung pada daerah tubuh yang terinfeksi.
·
Kandidiasis
orofaringeal menimbulkan gejala berupa bercak putih atau plak di lidah dan
selaput lendir mulut. Gejala tersebut dapat disertai kemerahan, nyeri, sulit
menelan, dan cracking di sudut mulut (cheilitis angular).
·
Kandidiasis
vulvovaginal menimbulkan gejala berupa rasa gatal dan terbakar di sekitar alat
vital, serta keputihan berupa gumpalan putih dan terkadang bewarna seperti
keju. Kandidiasis genital juga bisa menyerang pria dan menimbulkan gejala gatal
dan kemerahan di sekitar miss P.
·
Kandidiasis
invasif menimbulkan gejala berupa demam dan menggigil, yang tidak membaik
setelah pengobatan dengan antibiotik. Gejala yang spesifik bisa berkembang
ketika infeksi telah menyebar ke bagian tubuh lain, seperti jantung, otak,
mata, tulang, atau sendi.
d. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan untuk kandidiasis antara lain :
·
Menghindari
atau menghilangkan faktor predisposisi,
·
Topikal,
Obat topical untuk kandidiasis meliputi:
a.
Larutan ungu gentian ½-1% untuk selaput lendir, 1-2% untuk kulit, dioleskan
sehari 2 kali selama 3 hari,
b. Nistatin: berupa krim,
salap, emulsi,
c. Amfoterisin B,
d. Grup azol antara lain:
1) Mikonazol 2% berupa krim
atau bedak
2) Klotrimazol 1% berupa
bedak, larutan dan krim
3) Tiokonazol, bufonazol,
isokonazol
4)
Siklopiroksolamin 1% larutan, krim
5) Antimikotik yang lain
yang berspektrum luas
·
Sistemik
a.
Tablet nistatin untuk menghilangkan infeksi fokal dalam saluran cerna, obat ini
tidak diserap oleh usus.
b. Amfoterisin B diberikan
intravena untuk kandidosis sistemik
c. Untuk kandidosis
vaginalis dapat diberikan kotrimazol 500 mg per vaginam dosis tunggal, sistemik
dapat diberikan ketokonazol 2 x 200 mg selama 5 hari atau dengan itrakonazol 2
x 200 mg dosis tunggal atau dengan flukonazol 150 mg dosis tunggal.
d. Itrakonazol bila dipakai
untuk kandidosis vulvovaginalis dosis untuk orang dewasa 2 x 100 mg sehari
selama 3 hari.
·
Khusus:
1. Kandidiasis
intertriginosa : pengobatan ditujukan untuk menjaga kulit tetap kering dengan
penambahan bedak nistatin topikal, klotrimazol atau mikonazol 2 kali sehari.
Pasien dengan infeksi yang luas ditambahkan dengan flukonazol oral 100 mg
selama 1-2 minggu atau itrokonazol oral 100 mg 1-2 minggu.
2. Diaper disease : Mengurangi waktu area diaper
terpapar kondisi panas dan lembab. Pengeringan udara, sering mengganti diaper
dan selalu menggunakan bedak bayi atau pasta zinc oxide merupakan tindakan
pencegahan yang adekuat. Terapi topikal yang efektif yaitu dengan nistatin,
amfoterisin B, mikonazol atau klotrimazol.
3.
Paronikia : pengobatan dengan obat topikal biasanya tidak efektif tetapi dapat
dicoba untuk paronikia kandida yang kronis. Solusio kering atau solusio
antifungi dapat digunakan.Terapi oral yang dianjurkan dengan itrakonazol atau
terbinafin.
Grup azole adalah obat antimikosis sintetik yang
berspektrum luas. Termasuk ketokonazol, mikonazol, flukonazol, itrakonazol dan
ekonazol. Mekanisme kerja dari grup azole adalah menghambat sintesis dari
ergosterol mengubah cairan membran sel dan mengubah kerja enzim membran. Hasilnya
dalam penghambatan replikasi dan penghambatan transformasi bentuk ragi ke
bentuk hifa yang merupakan bentuk invasive dan patogenik dari parasit.
Nistatin dan amfoterisin adalah polyene yang aktif
melawan beberapa fungi tapi hanya bekerja sedikit pada sel mamalia dan tidak
bekerja pada bakteri. Obat ini mengikat membrane sel dan menghalangi fungsi
permeabilitas dan transport.
Terbinafine adalah alinamine yang merupakan fungisida
jangkauan yang luas pada kulit pathogen. Obat ini menghambat epoxidase yang
terlibat dalam sintesis ergosterol dari bagian dinding sel jamur.
e. cara
penularan
Cara
Penularan yaitu karena kontak sekret atau ekskret dari mulut, kulit, vagina dan
tinja, dari penderita ataupun “carrier”, atau tertulari melalui jalan lahir
pada saat bayi dilahirkan; penularan endogen.
f. komplikasi
Adapun
komplikasi kandidiasis yang bisa terjadi, antara lain :
1.
Rekurens atau
infeksi berulang kandida pada kulit
2.
Infeksi pada
kuku yang mungkin berubah menjadi bentuk yang aneh dan mungkin menginfeksi
daerah di sekitar kuku
3.
Candidiasis tersebar pada
tubuh yang kekebalan tubuhnya kurang
4.
Candida albicans yang bermetastase
dapat menjalar ke esofagus, usus halus, usus besar dan anus. Infeksi sistemik
lainnya berupa abses hati dan otak.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
IMS (Infeksi Menular Seksual)
merupakan salah satu penyakit yang mudah ditularkan melalui hubungan seksual,
dengan ciri khas adanya penyebab dan kelainan yang terjadi terutama di daerah
genital. IMS sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di
seluruh dunia, baik di negara maju (industri) maupun di negara berkembang
Dalam
kasus ini bidan berperan sebagai :
1. Sebagai
pelaksana, yaitu memberikan penyuluhan kepada
masyarakat tentang penyakit cadidiasis baik dari morfologinya, jenis-jenis
penyakitnya, cara penularan, sampai pengobatannya
2. Sebagai
pendamping, yaitu seorang bidan harus mampu mendampingi pasien baik dengan
memberikan pelayanan kesehatan maupun dukungan moral pada pasien
3. Sebagai pendidik, yaitu seorang bidan memberikan
penjelasan tentang bahaya penyakit Kandidiasis baik secara tertulis maupun
lisan
B. Saran
Sebagai saran dari penulis semoga
setelah membaca makalah ini kita semua dapat mengerti tentang apa yang dimaksud
dengan IMS ( Infeksi Menular Seksual ), dan dapat melakukan berbagai tindak
pencegahan, karna ini merupakan kewajiban kita semua untuk mengurangi tingkat
kejadian pada penyakit mematikan tersebut. Menghindari tindakan seks bebas,
meberikan pengetahuan pada seluru remaja agar menghindari tidakan yang tidak
bermoral tersebut karna dapat merusak masa depan mereka dan dapat menjadi
penyesalah seumur hidup.
DAFTAR
PUSTAKA
Asep Sjaiful Daili ,
dkk. Infeksi Menular Seksual Edisi 4.Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta .EGC ; 2009 .
FKUI.
1999. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 1. FKUI : Jakarta.
Saifuddin, Abdul Bari. 2010. ILMU KEBIDANAN. Edisi
IV. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.